Advertorial

Kekerasan adalah Penghambat Tumbuh-Kembang Bangsa, Bisakah Indonesia Mengatasinya?

K. Tatik Wardayati
,
Aulia Dian Permata

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Dari beragam peristiwa yang belakangan direkam media massa, tampak kita masih terlalu sibuk mengurusi penghambat tumbuh-kembangnya bangsa ini.

Terutama kekerasan yang memunculkan diri dalam varian-varian korupsi, penindasan kelompok kuat terhadap kelompok yang lemah, dan sikap serta tindakan mau menang sendiri.

Mari kita simak tulisan seorang psikiater di Malang, dr. Limas Sutanto SpKJ, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 2006.

Semua penghambat itu menyita waktu, energi, dan sumberdaya kita. Akibatnya, dalam diri ini hanya tersisa sedikit waktu dan sumberdaya untuk bertumbuh-kembang.

Tak heran jika tumbuh-kembang bangsa kita jadi terseok-seok, tertinggal jauh oleh bangsa-bangsa lain.

Baca Juga : Aktivis Anti Kekerasan Munir Thalib Ternyata Ketularan Suka Musik Klasik Gara-gara si Kecil

Inti kekerasan adalah pembenaran mutlak diri sendiri disertai penyalahan mutlak orang lain, atau peninggian mutlak diri sendiri disertai perendahan mutlak orang lain.

Diri sendiri dinobatkan sebagai paling benar, paling tinggi, boleh berbuat apa saja terhadap orang lain, kendati itu merugikan, menyakiti, melukai, membahayakan, bahkan mematikan orang lain.

Inti kekerasan itulah yang membuat pejabat negara melakukan korupsi. Si pejabat negara menobatkan diri sebagai paling benar dan paling tinggi, sehingga dalam posisi itu dia boleh merugikan rakyat.

Inti kekerasan itu jugalah yang menjadikan teroris tega membunuh sesama manusia. Si teroris merasakan dirinya paling benar di hadapan orang-orang lain yang dianggap paling salah, sehingga sah-sah saja orang lain itu dimusnahkan.

Baca Juga : Perangi Kekerasan, Pornografi, dan Bullying, Prancis Larang Siswa Bawa Ponsel ke Sekolah

Inti kekerasan itu juga yang menjadikan kelompok yang satu menuding kelompok lain sebagai "jahat", "sesat", atau "keliru".

Kapankah bangsa Indonesia akan sungguh menyadari, bahwa inti kekerasan itu sangat perlu diatasi dan tidak dibiarkan menguasai jiwa?

Mengatasi inti kekerasan berarti mengembangkan sikap dan kebiasaan bertindak baru, dilandasi kesadaran semua insan di dunia ini - tak peduli latar belakang sosial, ekonomi, keyakinan, agama, politik. budaya, suku, ras – adalah sederajat.

Tidak ada yang paling benar, paling salah, mutlak benar, atau mutlak salah.

Baca Juga : Perangi Kekerasan, Pornografi, dan Bullying, Prancis Larang Siswa Bawa Ponsel ke Sekolah

Karena keanekaragaman yang ada di dalam kehidupan ini tidak bakal mungkin bisa ditiadakan, atau diseragamkan dengan cara apa pun.

Ketika keanekaragaman itu diterima dan dikelola dengan kesadaran dan keyakinan akan kesederajatan manusia, tanpa peduli latar belakangnya, ia akan menjadi sumber kekuatan tumbuh-kembang yang luar biasa dahsyat.

Kekuatan tumbuh-kembang hanya lahir dari kerjasama harmonis antara seluruh warga bangsa yang satu sama lain berbeda-beda, namun menyadari dan memandang satu sama lain sebagai insan sederajat yang tidak boleh dan lidak perlu saling menghakimi.

Kekuatan itu tidak akan muncul efektif jika kehidupan bangsa terus disibukkan dan disedot energinya oleh tetek bengek kekerasan.

Baca Juga : Ingat Kasus Kekerasan terhadap Etnis Rohingya? Wartawan yang Menyelidiki Kasus Itu Kini Bernasib Malang

Sekian lama berkutat dalam kesibukan yang diciptakan oleh penghambat-penghambat tumbuh-kembang itu, bangsa ini harusnya menyadari perlunya mengubah tata pandang, sehingga bisa bergerak efektif mengejar ketertinggalan.

Mengubah tata pandang berarti membuang wawasan picik yang membenarkan atau meninggikan diri sendiri secara mutlak dan menyalahkan atau merendahkan orang lain.

Wawasan picik itu diganti dengan wawasan inklusif pluralistik, toleran, kreatif, egalitarian, nirkekerasan, yang menempatkan diri sendiri dan orang lain dalam kesederajatan, tanpa peduli pada latar belakang sosial, ekonomi, budaya, agama, politik, suku, ras yang memang selalu berbeda-beda.

Sebagai bangsa yang dalam sejarahnya pernah mendapat tempat terpandang di mata dunia, seharusnya kita bisa melakukannya.

Baca Juga : Dikenal Anti Kekerasan, Siapa Sangka Ternyata Gandhi Dulunya Sersan Mayor Angkatan Darat Inggris

Artikel Terkait