Advertorial
Intisari-Online.com – Yang dilatih tentu bukan perampoknya, tetapi bagaimana caranya menyelamatkan sandera, andaikata ada. Ini hanya contoh. Tempat berlatih seperti itu hanya ada enam di dunia dan yang paling baru dan canggih terletak di Hong Kong.
Mari kita simak tulisan John Dikkenberg berikut ini yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1987.
Kota kecil itu dikelilingi tiga bukit. Jalan rayanya tiga, semuanya beraspal, lengkap dengan lampu lalu-lintas dan telepon umum. Di kota itu juga ada bank-bank, toko-toko penuh barang dagangan, klub-klub yang memutar lagu-lagu mutakhir, rumah-rumah tinggal berperabot lengkap dengan leding yang airnya tak pernah macet dan juga dua ratus penduduk.
Anehnya, kadang-kadang kota ini sunyi-senyap seperti kuburan. Lain kali, ramai dengan suara tembak-tembakan seperti dalam film koboi. Kerap kali juga ada bunyi ledakan bom.
Kota seluas 2 ha dan bernilai Rp 8,5 milyar ini sebetulnya tempat latihan militer yang amat modern dan canggih. Namanya Close Quarter Battle Range (CQBR). Letaknya di Hong Kong, dekat perbatasan RRC.
Yang palsu cuma penghuninya
CQBR salah satu tempat yang paling terpencil di Hong Kong. Untuk ke sana tak ada pilihan lain, kecuali lewat jalanan jelek sejauh 90 km atau lewat udara dengan helikopter. Soalnya, kota tersebut memang berada dalam wilayah khusus militer Castle Peak.
Yang palsu di kota ini cuma 200 penduduknya itu, yang ternyata boneka pajangan toko yang pakaiannya bermacam-macam, ada yang berpakaian olah raga, ada yang berpakaian malam resmi dan Iain-lain. Namun, mereka dapat berbicara dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
Pusat latihan yang dimiliki dan dibiayai pemerintah Hong Kong ini baru mulai digunakan bulan November tahun lalu, tetapi perencanaannya makan waktu sepuluh tahun. Sampai sekarang yang berlatih di sana baru satuan-satuan polisi dan militer Hong Kong. Mereka dilatih teknik bereaksi cepat dalam menggunakan senjata.
Baca Juga : Kisah Black September, Teroris yang Pernah Bikin Mossad Israel Kalang Kabut
Di dunia saat ini ada enam CQBR. Dibandingkan kelima CQBR yang sudah mendahuluinya, CQBR di Hong Konglah yang paling modern. Pencipta CQBR mendapat gagasan dari jalan-jalan berbahaya di Irlandia Utara di tahun 60-an.
Kemudian CQBR semakin dikembangkan lagi dengan mengamati aksi-aksi teroris dan penyanderaan yang semakin sering terjadi di tahun 70-an dan 80-an.
Sam CQBR ada di Kent, Inggris; yang kedua di Sennelager, Jerman Barat; ketiga di Ballykinler, Irlandia Utara. Dua lagi di Inggris bagian utara. Di mana persisnya? ... Rahasia!
Latihan misalkan bisa berupa perampokan bank yang 'jalan ceritanya' sederhana. Dalam kasus seperti ini, mungkin saja seorang siswa latih terpaksa harus membalas tembakan di sela-sela orang banyak.
Baca Juga : Di Masa Jayanya, Kelompok Rasis Sekaligus Teroris Ku Klux Klan Pernah Unjuk Kekuasaan Lewat 'Parade Militer'
Namun, bisa juga berupa penyanderaan yang skenarionya berbelit-belit. Yang terakhir ini harus diatasi dengan keterampilan menumpas aksi terorisme yang serba cepat dan berani.
Setiap skenario latihan di CQBR, tujuannya sama: menyelamatkan jiwa orang-orang tak berdosa. Untuk melaksanakan ini, para instruktur di CQBR menerapkan rumus yang sederhana tapi jitu sekali: meniru kejadian yang sebenarnya dengan secermat mungkin.
'Musuh' pun bisa balas menembak
Polisi dan tentara yang dilatih di sana kadangkala punya risiko kena tembak juga, karena ada kalanya mereka menggunakan amunisi yang sungguh-sungguh. Saking dekatnya dengan sasaran, kadang-kadang mereka bisa merasakan getaran akibat tembakan-tembakan sesama siswa di sekelilingnya.
Kadang-kadang tembakan dibuat 'meleset' mengenai orang lain, agar situasinya semakin runyam. Operasi dapat pula dilaksanakan tengah malam.
Baca Juga : Teknisi Curi Pesawat, Militer AS Siaga Aksi Terorisme, Tapi Penduduk Malah Menganggapnya Sebagai Air Show
Para instruktur akan menambahkan lagi variasi lain agar latihan bisa terasa lebih menarik. 'Musuh' para siswa melancarkan tembakan balasan dengan amunisi sesungguhnya. Tentu saja dengan jarak tembak diperhitungkan, agar tidak sampai mencederai siswa.
Ringan seperti busa
Dari luar CQBR Hong Kong nampak seperti studio shooting film di Hollywood. Bagian belakang bangunan-bangunannya kosong melompong. Daerah sekitarnya tandus, berkarang-karang; mengingatkan orang pada Timur Tengah atau Cyprus.
Namun, jika diamati lebih teliti, tampaklah kawat berduri mengitari kawasan tersebut yang dijaga tentara.
Setiap bangunan dalam kompleks CQBR dibuat dari bahan bangunan ultra modern yang namanya slab/con. Sepintas lalu slab/con tampak padat dan berat seperti batu kerikil yang diaduk dalam beton. Sebetulnya slab/con seringan busa.
Baca Juga : Dihukum Seumur Hidup, Remaja 18 Tahun Ini Jadi Wanita Termuda yang Dipenjara dalam Kasus Terorisme
Kalau material ini kena tembak, pelurunya tidak akan memantul, melainkan melesak ke dalam. Dengan demikian tidak akan ada peluru nyasar ke siswa latih gara-gara mental dari dinding.
Setiap bagian bangunan di CQBR sudah merasakan kena tembak; maksudnya untuk mengetahui apakah semuanya sudah memenuhi standar.
Rupanya kota kecil ini begitu larisnya sebagai tempat berlatih, sehingga biasanya dioperasikan delapan jam sehari, tujuh hari seminggu. Pesanan tempat sudah penuh untuk berminggu-minggu yang akan datang.
Para siswa latih dilengkapi dengan pakaian khusus dan diberangkatkan dari ruang briefing di dekat gerbang utama. Meskipun CQBR terletak di dalam wilayah Castle Peak yang buntu dan di musim panas udaranya lembap serta amat panas, para siswa latih tetap harus mengenakan jaket antipeluru senjata ringan.
Baca Juga : Ancaman Teroris di Afrika Bertambah, AS Malah Ingin Kurangi Pasukan Khususnya
Setelah diberi segala perlengkapan, mereka diberi petunjuk-petunjuk tentang latihan yang akan segera mereka lakukan.
Ada tiga tingkat latihan. Tingkat tersulit menggunakan amunisi sungguh-sungguh dan ‘sasaran hidup'. Para siswa latih dibagi dalam delapan kelompok, masing-masing terdiri atas empat orang.
Senjata yang digunakan para siswa latih sebenarnya senjata yang sudah dimodifikasi: gabungan antara SLR standar kaliber 7,62 dengan kelengkapan dari Heckler & Koch. Tembakan yang dihasilkan berkecepatan rendah.
SLR itu senjata konvensional untuk pasukan infanteri NATO, sedangkan Heckler 8c Koch senjata tempur jarak pendek yang biasa dipakai satuan-satuan khusus.
Baca Juga : Jadi Pahlawan! Anjing Militer Ini Berhasil Kalahkan 3 Teroris dan Selamatkan 6 Pasukan Khusus Inggris
Tim-tim yang terdiri atas empat orang itu dikirim ke jalan-jalan untuk mulai melaksanakan simulasi operasi yang bisa berbentuk pencarian, pengepungan, mengatasi kekacauan atau pengungsian.
Teknik-teknik latihan juga menerapkan pengalaman ketika terjadi pendudukan Kedubes Iran di London tahun 1981. Waktu itu aksi berakhir dengan menembaki gedung.
Jalanan penuh 'orang'
Ketika siswa latih menghambur di jalanan, mereka disambut pemandangan yang membingungkan.
Ketiga jalan raya namanya Main Street, North Street dan South Street. Di masing-masing jalan ada trotoar, toko-toko dan bangunan, persis seperti di dalam Kota Hong Kong.
Baca Juga : Meski Sempat Dilanda Serangkaian Aksi Terorisme, Indonesia Masuk dalam 10 Negara Teraman di Dunia
Di jalanan boneka-boneka yang sepintas mirip manusia kelihatan sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada tukang yang sedang asyik bekerja, ada anak-anak sedang bermain, ada supir sedang mengendarai mobil yang benar-benar bisa bergerak, ada kereta bayi.
Ada pula bangunan yang berbalkon yang dihiasi pot-pot tanaman hias. Bisa juga jalanan kotor sekali dengan sampah. Semuanya tergantung imajinasi instruktur.
Di kota tiruan ini ada tiga macam rumah yang paling sering ditemui di Hong Kong. Ada yang berbalkon, ada yang bertangga atau segala jenis barang yang bisa mengalangi orang lewat.
Masing-masing rumah bertingkat tiga itu punya dua flat di tiap tingkat, yang perabotannya lengkap, sampai pada para penghuninya yang berupa boneka-boneka.
Baca Juga : Amankan Piala Dunia Rusia Kerahkan Pasukan Khusus Paling Ganas Spetsnaz yang Siap Libas Teroris
Boneka-boneka ini bisa ditukar-tukar kedudukan dan posisi tubuhnya menurut situasi yang diinginkan. Teroris atau penyandera yang biasanya digambarkan dengan boneka bersenjata, bisa diletakkan di tengah-tengah 'manusia-manusia' tak berdosa itu.
Harus berhadapan dengan bom
Ada juga delapan buah rumah 'sasaran'. Di dalam rumah-rumah ini mendadak bisa muncul 'musuh', baik yang 'aktif maupun 'pasif’. Siswa latih dituntut mengambil keputusan dalam sekejap: tembak atau tidak? Kawan atau lawan?
Dalam waktu satu dua detik itu mungkin tergantung nyawa orang-orang tak berdosa. Ketika para siswa dengan tegang berjalan di jalanan yang 'penuh orang', terjadi ledakan seperti petasan yang secara automatis bisa dibuat seperti suara tembakan yang kena sasaran, atau bunyi 'zing' seperti pantulan peluru dari dinding.
Siswa harus segera mengambil tindakan dalam situasi kritis ini. la harus menentukan mana sasaran yang harus ditembak.
Baca Juga : Korps Brimob, Polisi Spesial yang Selalu Terdepan di Setiap Konflik dan Siap Menjadi Tameng Aksi Terorisme
Situasi yang sudah amat mirip dengan kenyataan ini akan dibuat lebih seram lagi dengan tembakan balasan yang menggunakan amunisi sungguh-sungguh. Desingan peluru membuat siswa tegang. Ini satu cara mengetes daya tangkapnya.
Siswa latih tidak cukup hanya berhadapan dengan tembakan senjata kecil saja. Mereka juga harus berhadapan dengan bom. Di CQBR ada 24 lokasi yang secara automatis dapat meledakkan bom. Ledakannya berwarna kuning dan asapnya berkepul-kepul.
Selain itu para instruktur bisa membuat siswa semakin bingung x dengan menambahkan suara derap kaki para pengacau yang sedang berlari mendekat, jeritan anak-anak yang panik, pekik wanita yang ketakutan, teriakan minta tolong yang memelas, sirene ambulans dan suara-suara lain yang biasa terdengar di jalanan.
Di kedua sisi CQBR ada dua menara kontrol bertingkat yang saling berhadapan. Sebagian dari salah satu menara ini bisa digunakan untuk kantor polisi atau ruang briefing tentara. Ruang ini dijaga oleh perwira para siswa sendiri. Dengan demikian tidak saja siswa mempunyai basis operasi, perwira-perwiranya juga mendapat kesempatan untuk dites.
Baca Juga : Kisah Napi Teroris yang Urung Meledakan Bom yang Sudah Terpasang Gara-gara Melihat Wanita Berjilbab
Menara ini punya ruangan yang minp dengan kabin pilot pesawat terbang: penuh dengan tuas, layar dan panel-panel. Semuanya untuk mengendalikan jaringan elektronik yang ada di CQBR.
Menara satunya mengendalikan delapan kamera video yang memantau setiap gerak siswa. Semua rekaman akan dipertunjukkan kembali di hadapan para siswa pada saat briefing. Kedelapan kamera ini bisa memfokus benda sampai sekecil uang logam dan bisa meninjau ke semua sudut di CQBR.
Bahkan kamera-kamera ini punya semacam wiper untuk mengeringkan lensa pada waktu turun hujan. Kalau malam, dari menara bisa dinyalakan lampu-lampu jalanan yang membuat jalanan di CQBR meriah dengan warna-warni cahaya lampu, seperti di Nathan Road, Kowloon.
CQBR demikian populernya, sehingga hanya dalam waktu tiga bulan seluruh kapasitasnya sudah bekerja penuh. Sampai kini polisi yang paling sering memanfaatkan CQBR, mengingat di Hong Kong polisilah yang paling repot dengan segala macam persoalan, termasuk mengatasi masalah bersedia-sedia menghadapi teroris.
Namun melihat gelagatnya, mungkin tak lama lagi negara-negara lain pun akan turut memetik manfaat CQBR.