Pemerintah Italia sendiri kemudian turut campur tangan dan mulai mengadakan negosiasi dengan para pembajak.
Pesawat-pesawat tempur di USS Saratoga pun mulai disiagakan dan SEAL diperintahkan melancarkan misi penyelamatan dengan menumpang USS Iwa Jima.
Sementara itu Archille Lauro telah berlabuh di Mesir dan keempat pembajaknya masih bebas.
Kapal USS Iwo Jima yang mengangkut SEAL Team 6 dan ditugaskan melancarkan serangan kesulitan menempatkan diri ke Archille Lauro karena terhambat oleh hukum perairan internasional.
(Baca juga: Mengingat Kembali Aksi-aksi Pembajakan Kapal Paling Terkenal di Dunia)
Berdasar informasi intelijen, keempat pembajak ternyata berencana menumpang pesawat komersil boeing 737 Mesir menuju Tunisia.
Pesawat dari USS Saratoga, yakni F-14 Tomcat dan E-2C Hawkeye pun segera dikerahkan untuk melakukan pencegatan dan menggiring Boeing Mesir ke negara anggota NATO, Italia.
Ketika Boeing 737 melintas di atas perairan Mediterania, dua pesawat Tomcat langsung membayangi di sebelah kiri & kanan.
Sementara E-2C mengaktifkan radar jamming-nya sehingga Boeing hanya mampu berkomunikasi dengan tiga pesawat AS itu.
Akhirnya setelah digiring oleh radar jamming dan pesawat-pesawat Tomcat, Boeing 737 memutuskan melakukan pendaratan darurat di Bandara Sigonela, Italia.
Semula pemerintah Italia menolak pendaratan pesawat mesir itu. Namun karena statusnya emergency, Boeing 737 Mesir diijinkan mendarat.
Begitu mendarat, Boeing 737 langsung dikepung pasukan khusus Italia dan SEAL Team 6 yang telah mendahului mendarat dengan pesawat khusus.
Tiga dari pembajak berhasil ditangkap dan kemudian diadili. Tapi pimpinannya, Abu Abbas, bisa meloloskan diri.
Peristiwa lolosnya gembong teroris itu sempat membuat hubungan diplomatik Italia-AS tegang. Abu Abbas baru bisa diringkus ketika AS melancarkan serbuan ke Irak, tahun 2004.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR