Kecerdasan Buatan Ini Disebut akan Membantu Kita Memahami Bahasa Lumba-lumba, Menyenangkan atau Justru Memprihatikan?

Moh Habib Asyhad

Editor

Memahami bahasa lumba-lumba
Memahami bahasa lumba-lumba

Intisari-Online.com - Tahun 2021 nanti, diperkirakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ini sudah bisa digunakan dan membantu kita memahami bahasa lumba-lumba.

Pertanyaannya: apakah ini menyenangkan atau justru memprihatinkan?

Perkembangan kecerdasan buatan memang sudah semakin maju, terutama dalam memahami dan menerjemahkan berbagai bahasa di dunia.

(Baca juga: Jangan salah, Berang Berang Justru Lebih Cerdas dari Lumba Lumba)

Gavagai AB, perusahaan rintisan yang bergerak di bidang bahasa, di Swedia, ingin membuktikan bahwa hal ini tidak terbatas pada bahasa yang digunakan manusia saja, tapi juga oleh hewan.

Saat ini, Gavagai AB bekerja sama dengan peneliti dari KTH Royal Institute of Technology dalam proyek memahami lumba-lumba. Proyek ini akan berlangsung selama empat tahun, dan berakhir di 2021 nanti.

Selama berjalannya proyek, peneliti akan mengumpulkan sebanyak mungkin data yang berhubungan dengan bahasa lumba-lumba. Data inilah yang nantinya digunakan untuk mempelajari ocehan lumba-lumba.

Teorinya, mempelajari bahasa lumba-lumba tidak berbeda jauh dengan mempelajari bahasa lainnya di dunia.

Cara lumba-lumba berkomunikasi pun tidak berbeda jauh dengan manusia, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang membentuk kalimat, di mana urutan kata menentukan makna.

(Baca juga: Jasa Besar Lumba-Lumba dalam Operasi Militer Amerika Serikat)

Untuk menerjemahkan bahasa lumba-lumba, caranya pun sama dengan bahasa lainnya, yaitu menghubungkan bunyi dengan arti.

Saat ini memang belum terlihat sejauh mana hasilnya. Tapi ada kemungkinan nantinya manusia bisa berbincang dengan lumba-lumba dengan menggunakan perangkat lunak yang menerjemahkan bahasa manusia menjadi bahasa lumba-lumba.

Lars Hamberg, CEO Gavagai AB menegaskan belum ada bentuk penggunaan komersil dari menerjemahkan bahasa lumba-lumba.

Tapi bukan berarti memahami bahasa lumba-lumba tidak ada manfaatnya.

Untuk angkatan laut Amerika, misalnya, yang sebelumnya sudah menggunakan lumba-lumba yang terlatih untuk menyelamatkan perenang dan mencari ranjau bawah air.

(Baca juga:Sempat Dianggap Enggak Waras, Pria Ini Membuktikan Ide Gilanya Membuat Kita Tercengang)

Proses pelatihan lumba-lumba ini tentu akan menjadi lebih mudah jika manusia bisa berkomunikasi dengan lumba-lumba.

Hamberg juga menekankan, memahami lumba-lumba bukanlah satu-satunya hal yang dikerjakan oleh Gavagai AB. Sejauh ini Gavagai AB sudah menghabiskan sembilan juta dollar untuk mengimplementasikan penelitian ini dalam implementasi skala industri yang bisa memahami 45 bahasa berbeda.

Di sisi lain, jika berada di tangan yang salah, kecerdasan buatan ini justru bisa digunakan untuk memburu keberadaan lumba-lumba persis di habitatnya. Dilematis, memang!

Artikel Terkait