Berbeda dengan masakan Padang, yang bumbu rempahnya seperti petasan yang "meledak" dalam mulut, bumbu rica seperti siraman bensin yang membakar dari dalam.
Tak heran, sebab "bahan peledaknya" langsung cabai rawit tanpa bantuan rempah-rempah.
Garo, yang dalam bahasa Minahasa boleh diserupakan dengan oseng-oseng atau tumis, bisa diolah dengan bahan utama apa saja, seafood ataupun ayam.
Anehnya, proses pembuatannya tidak sama dengan cara orang Jawa membuat oseng-oseng, yang bumbunya ditumis lebih dulu.
(Baca juga: Hi Menyeramkan! Inilah yang Terjadi Jika Kita Tidak Mencuci Tangan dengan Benar)
Ayam mentah langsung dimasukkan ke dalam air berbumbu rica yang didominasi gilingan cabai keriting, lalu dimasak di atas kompor menyala.
Cukup lama proses pematangan ayam ini, dua setengah jam. Ditunggu sampai airnya surut, ayamnya lembek, dan bumbu meresap betul.
Soal derajat kepedasannya, itu bisa diatur. Jika kurang yakin akan gigitan spicy-nya, boleh dipadu dengan sambal rica.
Menurut Lydia Supit, pemilik Warung Ikan Bakar Dabu-dabu, berbeda dengan sambal dabu-dabu, warna dan aroma sambal rica sudah berkarakter pedas.
Tak heran, karena sebagian besar terdiri atas cabai keriting campur, diberi sedikit jahe.
Mereka yang gentar pedas pasti ciut nyali menengok warna olahan rica yang merah membara.
Entah kenapa, sekali lidah menyentuh, sulit menghentikan tangan untuk berhenti menyuapkan nasi ke mulut.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR