Intisari-Online.com - Untuk melindungi wilayah Korsel dan Jepang dari ancaman serangan rudal Korut, militer AS telah menggelar persenjataan penangkis rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di sepanjang perbatasan Korut-Korsel.
(Baca juga: Siap Hadapi Ancaman Korut, AS Siapkan 3 Lapis Sistem Antirudal, Seperti Ini Prosesnya)
Posisi penggelaran sistem senjata THAAD dalam formasi pararel sehingga setiap rudal yang meluncur dari Korut bisa disergap sebelum mengenai sasarannya.
Tapi posisi penempatan THAAD di kawasan sebelah utara dan timur Korsel ternyata menimbulkan masalah karena posisi penempatan sejumlah THAAD mendekati perbatasan China.
China khawatir sistem teknologi THAAD yang dilengkapi radar berteknologi tinggi dan bisa memonitor benda terbang dari jarak ratusan kilometer, oleh militer AS malah bisa digunakan untuk memata-matai aktivitas militer China.
(Baca juga: Mirip Gaya Cowboy, AS Ajak Korut Berunding Sambil Kirim Pesawat Pengebom Nuklir ke Korsel)
Kekhawatiran itu tampaknya sangat serius meskipun Presiden Donald Trump sudah berupaya keras melobi pemimpin China untuk memberi dukungan kepada AS, ketika harus melakukan serangan militer ke Korut.
China sebenarnya sudah ‘’memberikan restu’’ kepada AS jika sewaktu-waktu melancarkan serangan militer ke Korut.
Tapi sikap China yang menunjukan kekhawatiran sekaligus mengecam penempatan sistem anti rudal THAAD AS di Korsel telah membuyarkan restu China atas AS jika mau menyerang Korut.
Militer China bahkan menghimbau agar AS tidak lagi menempatkan sistem THAAD di wilayah Korsel yang berdekatan dengan perbatasan China.
Himbauan dari militer China itu termasuk tidak main-main karena jika sistem THAAD masih digelar AS di wilayah perbatasan Korsel-China, militer China tidak segan-segan untuk menghancurkannya.