Melestarikan Peninggalan Adiluhung Ki Hajar Dewantara Bagi Dunia Pendidikan

Ade Sulaeman

Editor

Ki Hajar Dewantara diabadikan 11 Maret 1959, sebulan sebelum meninggal.
Ki Hajar Dewantara diabadikan 11 Maret 1959, sebulan sebelum meninggal.

Intisari-Online.com - Selama hidup (1889-1959) Ki Hajar Dewantara dikenal seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis produktif tentang pendidikan, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari jaman penjajahan Belanda.

(Baca juga: Hardiknas: Terlahir sebagai Raden Mas Suwardi Suryaningrat, dari Mana Nama Ki Hajar Dewantara?)

Untuk mewujudkan agar rakyat Indonesia menjadi bangsa yang terpelajar, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa.

Hingga saat ini Perguruan Taman Siswa sudah berkembang dan berpusat di kota Yogyakarta.

Institusi ini ketika didirikan merupakan suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi warga pribumi jelata agar bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi atau orang-orang Belanda.

Ajaran Ki Hajar Dewantara bagi dunia pendidikan yang merupakan peninggalan adiluhung hingga saat ini bahkan terus dilestarikan.

(Baca juga: Hardiknas: Terkenal Lemah Lembut, Ki Hajar Dewantara Ternyata Pernah Bikin Merah Kuping Belanda)

Ajaran itu berbunyi:

* Ing Ngarso Sun Tulodho yang berarti di depan (pimpinan) harus memberi teladan.

* Ing Madyo Mangun Karso yang bermakna di tengah memberi bimbingan.

* Tut Wuri Handayani yang mengandung arti di belakang memberi dorongan.

Jika disatukan kalimat itu menjadi “Ing Ngarso Sun Tulodho Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani.”

Ketiganya merupakan peran pendidikan. Ketika berada di depan untuk mengajar, ia mampu memancarkan aura kepemimpinan yang member suri tauladan.

Membagikan keutamaan diri yang bersumber dari pengolahan dan refleksi terus menerus.

Pada saatnya berada di tengah-tengah orang lain, ia mesti mampu menggelorakan semangat demi perubahan yang lebih baik.

Ketika berada di belakang sebagai pengayom/penasehat, ia mampu menggerakkan orang-orang di depannya supaya kehendak tetap menggelora dan keteladanan tetap berjalan.

Artikel Terkait