Intisari-Online.com - Kota Tegal yang berpenduduk 250-an ribu jiwa itu hampir meledak saking ramainya.
Di tengah siang bolong dengan panas menyengat, hari Jumat (17/03) terjadi peristiwa "mengerikan".
Di atas panggung, seseorang memainkan, melempar, menangkap golok dan spatulanya tanpa pernah meleset atau terjatuh.
Chef Muto yang wong asli Tegal tampil mempesonakan dengan kostum chef-nya yang merah merona.
(Baca juga: Nahas, Hendak Hadiri Kartinian, Pelawan Sarwoto Ditusuk Orang Tak Dikenal di Kompleks Lokalisasi Tegalpanas)
Atraksi itu adalah pembuka dari demo sajiannya: sushi ubi roll dan kupat blengong, yang disajikan layak fine dining.
Acara ini merupakan bagian dari pencanangan kota tersebut sebagai Kota Kuliner. Chef Muto telah memastikan, Tegal tidak akan lagi hanya soal warteg, teh poci, tahu aci, dan sate kambing muda.
Pencanangannya sendiri dilakukan secara bersama oleh beberapa pejabat dan tokoh terkait, utamanya Walikota Hj Siti Masitha Soeparno, bersama Plt Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kemenko PMK, I Nyoman Shuida, Ketua dan Pendiri ACMI, Santhi H. Serad, Asisten Deputi Bidang Pengembangan segmen pasar bisnis dan pemerintah, Kementerian Pariwisata Tafsir Abdullah, Ketua Panitia Enrico Wijaya, Ketua Yayasan Tri Dharma Tegal, Budi Susanto dan perwakilan dari Forum Kerukunan umat Beragama (FKUB).
Sebuah lomba masakan khas Tegal paginya telah digelar dan diikuti oleh 27 kelurahan yang ada di Tegal. Bazaar makanan malah sudah berlangsung dari hari sebelumnya.
Soto taoco Tegal hasil akulturasi
Santhi Serad, kepada Intisari mengaku, (dari festival kuliner macam ini) ia menyimpan harapan akan muncul makanan-makanan hasil akulturasi; makanan-makanan peranakan yang selama ini lemah sekali dalam hal pencatatan.
(Baca juga: Siapa Sangka, Sistem Pengkaderan di Warung Tegal dan Warung Pecel Lele Sangat Kompleks)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR