Intisari-Online.com – Ada seorang tua yang tinggal di sebuah desa pada lereng pegunungan.
Orang tua tersebut sudah lama bekerja sebagai penjaga kebersihan, yang dibayar oleh Pemerintah setempat.
(Baca juga: Tak Ditemani Ibu Saat Sakit, Anak Putri Keraton Solo: Kraton Itu Istana atau Penjara?)
Tugasnya adalah membersihkan dedaunan dan kotoran dari mata air serta sungai-sungai yang mengalir didesanya.
Dengan setia dan tanpa banyak bicara, ia berpatroli di bukit-bukit, membuang daun, ranting, dan cabang-cabang pohon, serta lumpur yang menghambat aliran air.
Lama-lama kelamaan, desa itu menjadi tempat yang dikenal banyak orang dan menjadi salah satu tempat tujuan wisata.
Angsa yang anggun berenang di aliran sugai bening, tanah pertanian dengan irigasi alamiah, barbagai tempat usaha dan restoran, serta lampu-lampu aneka warna, semakin memperindah pemandangan desa tersebut.
Tahun demi tahun pun berlalu. Di suatu sore pemerintah desa tersebut mengadakan rapat tahunan.
Dan ketika mereka meninjau kembali pengeluaran selama ini, salah seorang memperhatikan adanya uang yang dibayarkan untuk seorang penjaga kebersihan.
" Siapa orang ini? Mengapa kita terus membayarnya dari tahun ke tahun? Kita pun tidak pernah melihat dia melakukan pekerjaannya, bukan? Kita rasa kita sudah tidak lagi memerlukannya,” kata salah satu anggota di rapat itu.
Maka mereka semua yang hadir pun sepakat untuk tidak lagi mempekerjakan orang tua tersebut.
Selama beberapa minggu, tidak ada sesuatu yang berubah.
Namun menginjak satu bulan setelah orang tua itu tidak lagi di izinkan bekerja oleh pemerintah desa, mulai terlihatlah dedaunan di sana sini, ranting-ranting yang berjatuhan dan kemudian mulai menghambat aliran air.
(Baca juga: Berani Mengatakan Tidak! 1 dari 10 Kebiasaan Orang yang Punya Mental Sekuat Baja)
Air sungai yang tadinya sangat bening, kini mulai nampak keruh, hingga pada akhirnya mulai juga tercium bau tidak sedap dari aliran air tersebut.
Angsa-angsa yang indah yang tadinya berenang riang gembira di sungai itu, kini telah pergi, hingga akhirnya berbagai penyakit pun melanda desa karena kebersihan yang tidaklah sempurna seperti dahulu.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR