Intisari-Online.com -Hilangnya petapa Mbah Fanani dari tempat semadinya mengejutkan banyak orang. Tak berhenti sampai di situ, orang-orang semakin bertanya-tanya ketika ada kabar yang menyebut bahwa “orang sakit” itu dijemput beberapa orang dan dibawa ke Indramayu.
Spekulasi pun bermunculan, sebagian menyebut, ada alasan politik di balik penjemputannya.
(Baca juga:Pak Harto, Dunia Gaib, Supranatural dan Spiritualisme Jawa
Terkait hal ini, Anggota DPRD Kabupaten Indramayu, Azun Mauzun, membatah tudingan tersebut. Ia mengatakan bahwa tidak ada tujuan politik di balik penjemputan Mbah Fanani dari tempat pertapaannya di Dieng.
Meski demikian, ia tak heran bila ada kekhawatiran yang beranggapan bahwa ia akan dimanfaatkan untuk kepentingan politik pribadi atau partai di Jawa Barat.
"Kami tidak akan menarik Mbah Fanani ke ruang politik," kata Azun, dilaporkan Tribunnews.com, Minggu (16/4).
Azun mengklarifikasi mengenai pernyataan bahwa Mbah Fanani ada di balik karir politiknya. Pengakuan itu tak lepas dari pengalaman spiritualnya sebelum menduduki kursi legislatif di Indramayu.
Ia mengaku bertemu orang mirip Mbah Fanani di Masjidil Haram, Makkah. Orang yang tidak dikenal tersebut tiba-tiba memberinya kursi bewarna hijau.
Belakangan dia menyadari kejadian itu firasat baik bagi karier politiknya. “Saat saya ke Dieng, saya buka tenda Mbah Fanani. Saya melihat dia sama dengan orang yang saya temui di Tanah Suci,” ucapnya.
(Baca juga:Pertapa yang Memindahkan Sebuah Desa)
Azun berjanji tidak akan memperalat Mbah Fanani untuk kepentingan komersial di tempatnya sekarang. Menurutnya, penjemputan Mbah Fanani adalah permintaan Mbah dengan Abah Rojab, tokoh fenomenal di wilayahnya.
Bagaimana jika Mbah Fanani meminta dikembalikan ke tempat pertapaannya di Dieng? Azun menegaskan akan mengantarkannya kembali. “Jika sudah tiba saatnya Mbah Fanani minta dikembalikan ke Dieng, kami akan antarkan,” tandasnya