Intisari-Online.com – Pengertian tentang uang sebaiknya diajarkan sedini mungkin. Sukses keuangan seseorang tergantung dari pengalaman di masa kecil. Sikap dan pandangan seorang dewasa terhadap uang sebagian besar tergantung dari pendidikan yang diperoleh dari orang tuanya.
(Baca juga: Bagaimana Orang Kaya di Indonesia Mengelola Keuangannya?)
Anak-anak dari keluarga yang hidup secara besar pasak daripada tiang biasanya tak pernah bisa memenuhi kebutuhan, berapa pun uang yang mereka miliki.
Mulai dengan celengan
Salah satu hadiah paling menarik untuk bayi atau anak kecil ialah celengan. Biarkan anak-anak memasukkan uang receh Anda atau yang mereka terima ke dalam celengan. Sementara anak belajar menggenggam dan mengembangkan kecekatan tangan, tugas tersebut mengandung tantangan dan merupakan permainan bagi mereka.
(Baca juga: Siapakah Anda? Si Boros atau Si Hemat saat Mengelola Keuangan?)
Dengan menabung uang receh pada tahun-tahun awal, dia akan mengawali kebiasaan menabung, menghayati nilai uang receh, jumlah dan bahkan tambahan-tambahan kecil.
Setelah celengan penuh, ajaklah anak Anda ke bank untuk menabungkan uang tersebut. Bukalah suatu bentuk tabungan untuk anak Anda, misalnya pada waktu kelahirannya, untuk menabung hadiah yang diterima si anak atau uang yang Anda sisihkan secara tetap untuk pendidikan si anak. Ketika anak beranjak remaja, doronglah dia untuk menabung hadiah atau sebagian pendapatan yang diperolehnya.
Gedung bank biasanya besar, ramai dan mungkin agak menyeramkan bagi seorang anak, lagi pula cara kerja bank cukup mistenus. Pengalaman yang menyenangkan serta penjelasan dari orang tua akan membuat anak-anak memiliki kesan positif tentang uang dan bank.
Bisa saja mereka khawatir bahwa uang mereka hilang jika disimpan di bank. Dengan menyaksikan orang tua menabung dan mengambil uang, kekhawatiran itu akan lenyap.
Memupuk rasa punya uang
Kapan seorang anak pantas mulai menerima uang saku tergantung pada kondisi keluarga. Uang saku sebaiknya diberikan secara mingguan. Jumlahnya tidak perlu besar, yang penting teratur dan tetap, sehingga bisa diandalkan oleh anak.
(Baca juga: Tips Mengelola Keuangan Ketika Menjadi Wirausaha)
Pengelolaan uang ini menjadi tanggung jawab anak sepenuhnya. Bimbinglah mereka untuk menabung uang saku mereka sampai saatnya Anda belanja mingguan atau bulanan. Anda juga bisa mengarahkan anak-anak untuk menabung sampai mencapai jumlah tertentu.
Di toko, jelaskan tentang harga barang-barang dan bantulah anak-anak mencari barang yang mereka inginkan dan terjangkau dengan uang mereka. Jelaskan pula bahwa untuk barang-barang yang lebih mahal, mereka harus bersabar, menunggu sampai tabungan mereka mencukupi.
Jangan menuruti semua keinginan anak biarkan mereka mengeluarkan uang mereka sendiri bila hanya ingin membeli barang atau mainan kecil-kecilan.
Biarkan anak-anak melakukan kesalahan, supaya mereka bisa belajar dari kesalahan tersebut. Mainan murah yang hancur dalam beberapa hari akan mengajar mereka bahwa kita harus mempertimbangkan mutu.
Anda boleh saja mengingatkan anak-anak tentang masalah mutu barang itu sebelum membeli, tapi jangan kemudian mengungkit-ungkit, "Nah, ibu 'kan sudah bilang!" Anak-anak sudah cukup sedih. Tunjukkan sedikit pengertian terhadap perasaan mereka. Jelaskan kenapa hal itu bisa terjadi dan bagaimana menghindarinya lain kali.
Belajar main anggaran
Setelah duduk di kelas IV SD, Anda bisa menyesuaikan dan menambah uang saku dan uang jajan. Anda bisa menetapkan suatu anggaran untuk mereka. Pada awalnya, anak-anak akan mengalami sedikit kesulitan dengan jumlah uang yang tiba-tiba melonjak. Mereka harus belajar membedakan antara membelanjakan uang saku dan membelanjakan uang yang sudah dianggarkan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu.
Semakin bertambah besar, kebutuhan dan kemampuan anak untuk memikul tanggung jawab akan makin membesar. Demikian pula seharusnya uang saku mereka. Jumlah uang saku sebaiknya dipertimbangkan tiap tahun misalnya pada awal tahun pelajaran baru atau hari ulang tahun mereka. Naikkan uang saku secara tetap dan tambah pula tanggung jawab mereka.
Misalnya, remaja yang sudah menunjukkan tanggung jawab dalam mengelola uang, bisa diberi kepercayaan untuk mengatur sendiri anggaran pakaian mereka. Ini bisa dimulai dengan suatu anggaran kecil setiap bulan atau catur wulan untuk kebutuhan pakaian yang tak seberapa. Kemudian, naikkan anggaran ini sehingga mereka bisa mengatur kebutuhan semua pakaian mereka, kecuali pakaian-pakaian istimewa untuk hari-hari besar, misalnya.