Intisari-Online.com – Seorang anak muda baru saja mewarisi kekayaan orangtuanya yang sangat banyak. Sampai sulit menghitung dan menghafalnya secara pasti. Ia senang sekali dan segera menjadi sangat terkenal sebagai anak muda kaya raya. Seperti biasa, orang-orang pun berlomba-lomba ingin menjadi kawannya. Maka kehidupannya pun bergelimangan harta dan teman-teman berkelimpahan.
Waktupun berjalan sangat cepat, pelbagai kegiatan dan pesta telah terselenggarakan. Suatu saat, tanpa ia sadari harta dan uangnya sudah sangat menipis. Ternyata harta bendanya tidak bertambah, tidak berkembang, tidak ada usaha yang dijalankan, hanyalah menghabiskan dan menghabiskan harta yang ada. Ketidakmampuan pemuda ini mengelola uang membuat harta dan uangnya habis hanya dalam jangka waktu yang tidak lama.
Dan apa yang terjadi? Sudah bisa diramalkan. Satu per satu kawannya pun menjauhi dirinya, tidak ada lagi orang yang mau berteman dengannya. Tiada kekayaan, tiada persahabatan.
Ketika ia benar-benar jatuh miskin dan sebatang kara, ia pun mendatangi Nasrudin. Nasrudin adalah seorang wali yang terkenal dengan kebijaksanaan-kebijaksanaannya. Dan pada masa itu orang-orang bijak seperti ini sering dijadikan sumber nasihat kebijaksanaan.
“Bapa yang baik, harta kekayaan saya yang begitu banyak sudah habis, dan kawan-kawan saya pun meninggalkan saya. Apa yang harus saya lakukan?” keluh pemuda itu pada Nasrudin.
“Jangan khawatir…” jawab Nasrudin, “segalanya akan normal kembali. Tunggu saja beberapa hari ini. Kau akan kembali tenang dan bahagia…”
Pemuda itu gembira bukan main. Ia membayangkan kejayaannya akan berulang. “Jadi saya akan kembali kaya?” tanyanya.
Nasrudin menjawab, “Bukan begitu maksudku. Kau salah tafsir. Maksudku dalam waktu yang tidak terlalu lama, kau akan terbiasa menjadi orang yang miskin dan tidak mempunyai teman.”