Tak Perlu Takut Makan Mi Instan, Asal Tahu Cara Pintar untuk Mengonsumsinya

K. Tatik Wardayati
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Agar mi instan lebih shehat, pintar-pintarlah mengolahnya
Agar mi instan lebih shehat, pintar-pintarlah mengolahnya

Intisari-Online.com – Ada sebagian orang berpendapat sering mengonsumsi mi instan bisa merugikan kesehatan. Menurut dr. Mohammad Caesario, pendapat ini tidak sepenuhnya benar, juga tidak sepenuhnya salah. Kalau dikonsumsi secara wajar, mi isntan tidak berbahaya. Ia dapat merugikan kesehatan bila dikonsumsi secara berlebihan.

(Baca juga: Arya Permana, Bocah Berbobot 189,5 Kg yang Gemar Konsumsi Mi Instan)

Bagaimana pun mi instan punya kelebihan yang berguna. Makanan ini murah, penyiapannya juga mudah dan praktis. Bisa menjadi pilihan di saat darurat. Tidak mudah menentukan batas antara konsumsi yang wajar dan berlebihan. Yang pasti anjuran umum dalam mengonsumsi makanan; usahakan bervariasi. Jadi sebaiknya jangan makan mi instan setiap hari.

Mi instan yang kita jumpai di pasaran merupakan produk yang sudah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bila diperhatikan dengan teliti pada kemasannya, di sana terdapat pesan yang disampaikan secara tersirat.

(Baca juga: Begini Cara Pintar Mengonsumsi Mi Instan)

Terlihat sebuah mangkuk atau piring yang berisi mi dengan lauk pauk lainnya,, seperti sayuran. Pesannya kira-kira begini; “Akan lebih baik kalau Anda mengonsumsi mi ini ditambah dengan sumber protein lain dan serat.”

Pesan ini penting karena memang komposisi nutrisi mi instan tidak seimbang. Sebagian besar kandungannya adalah karbohidrat yang berasal dari tepung terigu, sedangkan kandungan serat dan proteinnya sangat kecil.

Serat hanya sekitar 2 – 3 g per kemasan. Protein hanya sekitar 7 – 9 g per kemasan. Mi instan bisa menjadi makanan dengan gizi yang seimbang bila dikonsumsi dengan tambahan, katakanlah telur rebus, sayuran seperti sawi hijau, daun bawang, dan irisan tomat.

(Baca juga: Mi Instan, Lauk yang Memabukkan)

Kandungan lain yang cukup dominan di dalam mi instan adalah mineral di dalam bumbunya, terutama natrium. Pada kemasannya natrium mungkin tertulis sebagai sodium.

Umumnya berbentuk garam, penguat rasa monosodium glutamate (MSG), dan pengawet natrium benzoate. Kandungan natrium per kemasan terhitung cukup tinggi, mencapai sekitar 700 – 1.000 mg.

Sebetulnya natrium termasuk mineral yang vital untuk kelangsungan metabolisme tubuh kita. Namun bila terlalu banyak dikonsumsi, mineral itu justru merugikan kesehatan sebab bisa meningkatkan tekanan darah, menimbulkan hipertensi, gangguan denyut jantung, hingga akumulasi cairan yang bisa menyebabkan bengkak pada organ-organ vital, salah satunya otak.

Kandungan lain mi instan yang tidak boleh dilupakan adalah zat-zat aditif (tambahan), seperti pengawet, pewarna, perasa, pengental, dan sejenisnya. Bahan-bahan tambahan ini harus kita waspadai.

Jika terlalu banyak dikonsumsi, bahan-bahan ini mungkin saja mendatangkan efek buruk seperti gangguan sistem saraf, sistem pencernaan, bahkan tumor. Pada anak-anak bisa menyebabkan gangguan berkurangnya atensi serta hiperaktivitas (attention deficit and hyperactivity disorder – ADHD).

Salah satu cara mengurangi efek buruk dari kandungan natrium dan bahan-bahan tambahan lain adalah merebus mi instan lalu meniriskannya (membuang air rebusannya).

Di warung-warung makan, mi instan disajikan dengan cara seperti ini. Mi yang sudah direbus dihidangkan dengan air yang baru. Selain menambah nikmat, kebiasaan baik ini juga bisa mengurangi kadar natrium, pengawet, pewarna, pengental, dan bahan-bahan tambahan lainnya.

Namun di sebagian warung lain kadang penjualnya punya kebiasaan buruk. Mi yang sudah direbus dihidangkan dengan tambahan bumbu penyedap rasa. Cara ini justru akan menambah kandungan natriumnya.

Sebagian orang memasak mi instan dengan tambahan kuah dari kaldu rebusan lemak sapi. Cara ini mungkin bisa menambah kelezatannya. Tapi jangan lupa, kuah kaldu akan menambah kandungan lemak yang tidak bersahabat bagi penderita kadar kolesterol tinggi.

Satu kemasan mi instan saja sudah mengandung lemak sekitar 15 – 18 g. Jumlah ini setara dengan hampir sepertiga dari kebutuhan lemak harian kita.

Kandungan lemak dan bahan-bahan di dalam tiap merek mi instan mungkin berbeda. Sebagai konsumen, sebaiknya kita membiasakan diri memperhatikan keterangan di kemasannya.

Artikel Terkait