Mi Instan, Lauk yang Memabukkan

Ade Sulaeman

Editor

Mi Instan, Lauk yang Memabukkan
Mi Instan, Lauk yang Memabukkan

Intisari-Online.com - Sadar tidak sadar, posisi mi instan sudah mulai menggeser sedikit demi sedikit makanan pokok nasi untuk sebagian masyarakat Asia.

Kemudahan, kepraktisan dan kaya akan rasa menjadikan mi instan pilihan utama. Bahkan banyak sekali masyarakat Indonesia yang menjadikan mi instan sebagai “lauk” teman nasi. Ini namanya “espresso carbo” alias double shot carbohydrate intake!

Popularitas mi instan menembus lintas batas benua dan negara. Tidaklah mengherankan di tiap toko Asia di manapun di dunia jika kita melihat tumpukan di salah satu rak terdapat berbagai merek dan jenis mi intan. Tentu juga bukan hal aneh jika melihat merek Indonesia.

Sebagai orang Asia, karbohidrat tak bisa dilepaskan dari perut kita. Karbohidrat sendiri memang salah satu unsur penting macronutrient yang diperlukan tubuh untuk beraktivitas. Energi, regenerasi sel, nutrient sel otak, dan masih banyak lagi memerlukan asupan karbohidrat.

Namun kebanyakan orang tidak menyadari bahwa asupan karbohidrat dalam pangan sehari-hari biasanya melebihi jumlah yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh. Inilah awal mula kegemukan untuk orang Asia.

Berbeda dengan di negara Barat, kebanyakan obesity dikarenakan asupan makanan berlemak tinggi dan porsi super, sedangkan di Asia, kegemukan lebih disebabkan karena asupan berlebih karbohidrat.

Apalagi untuk kebanyakan orang Indonesia, ada anggapan dan sugesti serasa belum makan kalau belum kena nasi. Untuk beberapa nasi-addict kelas berat, malah lebih “mengerikan” lagi. Mi goreng, bihun kuah, bihun goreng, sohun, kudu dimakan pakai nasi sebagai lauk.

Karbohidrat dibedakan menjadi dua, yaitu karbohidrat sederhana (simple carbohydrate) dan karbohidrat kompleks (complex carbohydrate).

Karbohidrat sederhana dicerna lebih cepat. Karbohidrat jenis ini mengandung gula, vitamin dan mineral. Contohnya antara lain buah-buahan, jus buah, susu, madu, dan gula.

Karbohidrat kompleks membutuhkan waktu lebih lama dicerna dan biasanya mengandung banyak serat, vitamin dan mineral. Contohnya adalah sayuran, biji-bijian, dan pasta.

Jika anda ingin langsing dan lebih fit dalam beraktivitas sehari-hari, tinggalkan asupan karbohidrat sederhana anda. Nasi adalah salah satu simple carbohydrate yang “jahat”.

Memang rasa mengenyangkan nasi belum ada tandingannya, karena nasi tercerna hampir seketika dan mengandung kadar gula yang tinggi, sehingga efek menenangkan dan mengenyangkan itulah yang dirasakan oleh para penikmat nasi.

Sementara karbohidrat kompleks dicerna lebih lambat oleh sistem pencernaan kita dan memberikan distribusi energi lebih merata sepanjang hari. Namun efek “bius” sugar-shot yang menenangkan itulah yang dirasakan hilang oleh para nasi-addict.

Mi instan jelas komponen utamanya terigu. Karbohidrat lagi! Proses pembuatannya, juga menggunakan minyak dalam jumlah yang sungguh generous. Bumbunya, proses pembuatan mi-nya, untuk menggoreng mi-nya sendiri sampai kering begitu. Proses bukan hanya dengan dryer, tapi banyak melibatkan komponen minyak sawit.

Masih ditambah dengan satu dosis shot lagi, yaitu MSG-shot! Monosodium Glutamate dalam jumlah yang juga generous menjadi pemeran utama kenapa mi instan begitu nikmat dan begitu nagih.

MSG atau bumbu penyedap – sebenarnya penamaan yang salah kaprah – menjadikan syaraf pengecap kita merasakan nikmat sedap luar biasa.

Kenapa salah kaprah dengan nama “bumbu penyedap”? Karena sebenarnya MSG adalah “nerves-cheating-agent”, yang bertugas “menipu” syaraf pengecap kita untuk menyampaikan ke otak bahwa rasa yang dikecap itu nikmat sedap.

Nah, sebagai karbohidrat simple dengan tambahan minyak dan MSG, mi instan telah berhasil merebut hati dan lidah masyarakat Indonesia.

--

Penulis : Aji Chen Bromokusumo, Head of Cultural Research & Study, Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia

aspertina.org