Intisari-Online.com -Serangan rudal-rudal Tomahawk yang diluncurkan oleh dua kapal perang AL AS ke Suriah, Kamis (6/4), langsung memicu kontraversi karena ada sejumlah negara yang setuju dan sejumlah negara lainnya tidak setuju.
Sejumlah negara yang setuju atas serangan rudal AS ke Suriah tentu saja negara-negara koalisi AS.
Negara-negara itu antara lain Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Turki, Israel, Arab Saudi, dan Qatar serta pasukan pemberontak Suriah yang terus berusaha menggulingkan Presiden Bashar al Assad.
(Baca juga:Ngeri! Balas Serangan Gas Beracun, Gempuran AS ke Suriah Bisa Picu Perang Dunia III)
Rombongan negara koalisi AS dan pemberontak Suriah itu bisa dikatakan anti Bashar Assad.
Sedangkan negara-negara yang tidak setuju atau mengecam serangan rudal AS ke Suriah adalah Rusia, Irak, Libanon, Iran, Aljazair, dan Venezuela. Rombongan negara yang pro Bashar Assad merupakan rival koalisi AS.
Di tengah-tengah kelompok negara yang pro dan kontra Bashar Assad, masih ada kelompok ISIS yang juga menginginkan tumbangnya kekuasan Bashar Assad. Pasalnya, ISIS juga ingin mendirikan negara sesuai ideologinya sendiri di kawasan Suriah-Irak.
Jika dilihat dari peta kepentingan berbagai negara atas Suriah, serangan rudal AS ke Suriah jelas sudah memicu ‘’Perang Dunia III secara politik dan militer’’.
(Baca juga:Serang Suriah dengan 59 Rudal Tomahawk, AS Habiskan Dana Rp1,25 Triliun)
Bentrokan senjata yang mencerminkan PD III lokal di Suriah sebenarnya juga sudah terjadi. Karena secara simbolis baik kekuatan militer yang pro Bashar Assad maupun yang kontra telah lama bertarung.
Namun, kini Rusia yang terang-terangan mengecam serangan rudal AS ke Suriah sebagai agresi tanpa dasar jelas makin menegaskan dukungannya atas Suriah.
Apalagi Rusia juga mengatakan Suriah tidak memiliki senjata kimia.
Rusia juga mengancam serangan AS berikutnya, jika menggunakan jet-jet tempur akan dihadang sistem pertahanan Rusia yang sudah digelar di Suriah.
Lalu siapa yang paling menderita dan dirugikan atas PD III lokal yang sudah lama terjadi di Suriah itu. Penduduk sipil, terutama kaum wanita dan anak-anak. Mereka bahkan sudah terlalu lama menderita.