Selama Perang Dunia II, Northrop mengembangkan pesawat pembom XB-35 untuk militer AS, yang punya kinerja sangat tinggi—meskipun gagal secara komersial.
Terlepas dari keunggulan aerodinamisnya, tidak adanya ekor cenderung membuat pesawat jenis ini rentan oleh hal lain.
Meski begitu, Horten bersaudara diberi lampu hijau untuk menggarap konsep itu, pada Agustus 1943.
Mereka pertama-tama membangun pesawat terbang layang tanpa daya yang dikenal dengan H.IX V1.
V1 memiliki sayap yang panjang dan tipis yang terbuat dari kayu lapis untuk menghemat berat.
Sayap berbentuk lonceng ini memberi kompensasi untuk masalah yawing. Yawing merupakan gerakan menggeleng atau nose pesawat ke kanan dan ke kiri pada sumbu vertikal pesawat.
Kurangnya kemudi atau aileron, V1 mengandalkan “elevons” (kombinasi aileron dan elevator) dan dua set spoileron untuk kontrol. Elevasi dapat dipindahkan secara diferensial untuk menginduksi gulungan, atau bersama-sama dalam arah yang sama untuk mengubah pitch, sementara spoileron digunakan untuk menginduksi yawing.
Setelah V1 sukses diuji coba pada 1944, prototipe V2 berikutnya dibuat dengan dua mesin turbojet Jumbo 0048 yang terletak di kedua sisi pod kokpit yang terbuat dari pipa baja yang dilas.
Baca juga: Berkah di Balik Musibah, Kebakaran Hutan di Irlandia Ungkap Pesan Perang Dunia II yang Tersembunyi
Prototipe ini juga menampilkan kursi lontar primitif dan parasut peluncuran ketika mendarat, sementara pendaratan roda tiga didesain ulang untuk memungkinkan pesawat membawa beban yang lebih berat.
Penerbangan uji pertama terjadi pada 2 Februari 1945. Jet itu berbentuk manta menunjukkan pengerjaan yang halus dan ketahanan yang baik.
Prototipe ini bahkan dilaporkan mengalahkan jet tempur Me 262, yang dilengkapi mesin Jumo 004, dalam pertempuran udara.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR