Advertorial
Intisari-Online.com – Maret yang lalu beberapa penumpang dari Twin Otter MNA yang jatuh mencoba mencari pertolongan dengan meninggalkan reruntuhan pesawat. Mereka sebagian besar kedapatan meninggal tidak jauh dari tempat kecelakaan.
Tulisan Captain Hidayat Yudibrata ini dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1977 dengan judul asli Dingin Lebih Berbahaya dari Lapar.
Sebab-sebab meninggal diduga: kelaparan dan kedinginan. Tempat kecelakaan terdapat di pegunungan yang tinggi, jadi dingin. Lebih-lebih lagi ketika itu akhir musim penghujan.
Suhu badan manusia normal kurang-lebih 36 - 37°C. Apabila suhu tangan dan kaki lebih rendah dari suhu badan, tidak akan terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan. Tapi sedikit saja suhu badan inti menurun, akibatnya bisa serius, bahkan bisa berakhir dengan kematian.
Baca juga: Alami Kecelakaan Pesawat 50 Tahun Lalu, Jasad Tentara India Ini Ditemukan di Himalaya
Pengaliran panas badan melalui air (pakaian basah) adalah 32 kali lebih besar daripada melalui udara yang tenang walaupun suhunya sama.
Bila badan manusia kehilangan 1,2% saja dari suhunya yang normal, maka yang bersangkutan sudah menggigil, suatu proses otomatis dari badan untuk memproduksi panas. Padahal menggigil itu memerlukan tenaga sehingga pengeluaran panas berlangsung terus.
Makin banyak panas badan yang dikeluarkan, semakin menurun kemampuan otak. Bila suhu badan mencapai kira-kira 35°C ketangkasan kita berkurang. Mungkin sudah tidak sanggup lagi membuka pisau lipat atau menyalakan sebatang korek api.
Pada kira-kira 34,8°C, mungkin menggigil terhenti, kadang-kadang gemetar hebat yang tidak terkendalikan timbul. Usaha badan untuk memproduksi panas dengan gemetar ini banyak sekali menyerap tenaga.
Dalam keadaan ini, kalau ada orang menanyakan alamat kita, mungkin sekali kita tidak tahu lagi menjawabnya. Apabila pertolongan tidak kunjung datang, maka satu setengah jam kemudian mungkin yang bersangkutan sudah tidak tertolong lagi.
Sepuluh tahun sebelum peristiwa kecelakaan Twin Otter MNA itu, seorang penerbang perintis bernama Robert Gauchie ditemukan dalam keadaan hidup di daerah Arktik, Barat Laut Kanada.
Lima puluh delapan hari sebelumnya ia terpaksa mengadakan pendaratan darurat karena kehabisan bahan bakar.
Penerbang berumur 39 tahun itu sudah kehilangan sebagian besar berat badannya dan kedua belah kakinya membeku, tapi keadaan kesehatannya cukup baik.
Ia bertahan dengan ransum darurat dan sisa-sisa makanan dalam kapal. Suhu di tempat itu jarang sekali naik sampai - 10°C bahkan kadang-kadang turun sampai -50°C.
Kalau saja ia meninggalkan reruntuhan pesawatnya, mungkin ia sudah tewas dalam waktu beberapa jam saja.
Jadi apa yang harus dilakukan seandainya sebagai penumpang kita kedapatan hidup dalam suatu kecelakaan pesawat terbang di daerah terpencil?
Pada saat itu mungkin saja badan kita masih segar, sumber tenaga masih besar. Bagaimana harus menyimpan dan memanfaatkan tenaga itu sehemat-hematnya untuk dapat bertahan?
Untuk mengurangi turunnya panas badan, maka gerakan-gerakan badan harus dibatasi. Pakaian yang kering dan perlindungan merupakan usaha mempertahankan hidup dalam keadaan darurat.
Tapi mendapatkan atau membuat tempat perlindungan akan menuntut penggunaan banyak tenaga. Jadi untuk membuat kita tetap kering dan terlindung dari dingin, maka sebaiknya dipergunakan badan pesawat (kalau masih ada), jok-jok tempat duduk, pelampung, kertas-kertas koran yang disisipkan ke badan, rumput-rumput kering.
Kepala merupakan bagian yang penting untuk dilindungi. Dan tetap berlindung di tempat.
Untuk di tempat dingin, blue jean yang tebal itu sebenarnya bukan pakaian yang serasi. Serat-seratnya menyerap air dan angin akan membawa serta hawa panas dari dalamnya. Katun ibarat sumbu kompor. Wol mempunyai sifat-sifat yang khas, bisa memanaskan badan walaupun basah.
Dari segi pertolongan udara, otomatis yang dicari adalah reruntuhan pesawat. Supaya tempat kecelakaan mudah dilihat dari udara, korban yang masih hidup sebaiknya membuat tanda yang mudah dilihat seperti asap, tanda menyolok lain dsb.
Kalau ada rekan yang gemetar hebat, terhuyung-huyung, sulit bicara, hilang daya ingat dsb, maka pertolongan yang sangat baik ialah membenamkannya dalam air yang cukup panas.
Kalau ia sadar bisa diberi cairan panas campur gula atau air kaldu panas kalau ada. Kalau gejalanya tampak hebat, sebaiknya ditolong dulu sebelum diangkat ke tempat yang terlindung.
Kalau gejalanya sedang-sedang saja, dibawa langsung ke tempat berlindung untuk diganti bajunya yang basah dan diberi cairan panas.
Sdr. Hasan Tawil yang berhasil tiba di desa Ongka sangat bijaksana untuk minta diberi beberapa iris batang tebu dari rakyat.
Yang periting, betapapun juga, tetaplah tenang sebab akal adalah alat utama untuk mempertahankan hidup.
Baca juga: 10 Orang Paling Beruntung dalam Sejarah Manusia: Dua Kali Terhindar dari Kecelakaan Pesawat Terbang