Di sekitar Kandangan, Jawa Timur, tempat BK diungsikan ketika Yogyakarta diserang Belanda, 21 Juli 1947, masih banyak kijang liar. Suatu hari, seorang pengawal berhasil menembak mati seekor kijang.
Baca juga: Tak Ingin Lihat Istri-Istri Suaminya, Fatmawati Tak Pernah Jenguk dan Hadiri Pemakaman Bung Karno
Lalu dagingnya dimasak dan dibagi-bagikan kepada semua teman pengawal. Daging terbaiknya disisakan untuk dibuat dendeng. Setelah siap, dendeng itu diserahkan kepada koki yang memasak makanan untuk BK.
Bung Karno tahu, dendeng itu hasil berburu. Akibatnya, para pengawal dikumpulkan oleh BK.
Lalu, ia berkata, "Kamu orang ini betul-betul tidak mempunyai rasa kasihan kepada sesama hidup. Apa salahnya kijang itu kamu tembak? Bagaimana kalau kijang yang kamu tembak itu masih mempunyai anak kecil yang masih memerlukan pertolongan induknya? Apakah kamu orang di sini kekurangan makan?"
Semua pengawal diam dan mulgi saat itu tidak ada lagi anggota pengawal yang berburu.
Bung Karno yang gagah dan lantang membangkitkan semangat rakyat (pemuda) untuk mengusir Belanda dengan semboyan: "Sekali Merdeka Tetap Merdeka", ternyata juga pernah menangis.
Tanggal 18 Juli 1955, BK naik haji ke Tanah Suci Mekkah. Ia bersama beberapa rombongan sempat mengheningkan cipta dan berdoa di samping makam Nabi Muhammad di Madinah. Saat itu BK menangis seperti anak kecil. (A. Hery Suyono)
Baca juga: Bukan karena Dibentak, para Pengawal Justru akan Gemetar Jika Bung Karno Sudah Pegang Sapu
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR