Advertorial

Demi Selamatkan Isteri dari Kejaran Pasukan Jepang, Bung Karno Sampai Menarik Pedati Menggantikan Sapi

Agustinus Winardi
Moh. Habib Asyhad
Agustinus Winardi
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Lama-kelamaan sapi penarik pedati tidak kuat jalan dan Bung Karno sempat turun menggantikan si sapi demi menarik pedati.
Lama-kelamaan sapi penarik pedati tidak kuat jalan dan Bung Karno sempat turun menggantikan si sapi demi menarik pedati.

Intisari-Online.com -Ketika tahun 1942 Soekarno sedang menjalani pengasingan di Bengkulu, Sumatera Selatan, keadaan yang semula tenang meski berada di bawah penjajahan Belanda tiba-tiba langsung berubah tegang.

Pasalnya pasukan Jepang mulai melancarkan serangan kilatnya menuju Hindia Belanda dan telah mendarat di Palembang.

Militer Belanda dalam menghadapi pasukan Jepang yang terkenal ganas dan brutal seperti orang yang sudah kalah sebelum bertempur.

Pasukan Belanda jadi ketakutan karena pasukan Jepang telah terbukti berhasil memporak-porandakan kekuatan militer Sekutu di Asia Pasifik.

Menyadari pasukan Jepang dari Palembang akan terus bergerak ke seluruh Sumatera termasuk Bengkulu dan Padang, penguasa Belanda di Bengkulu pun kalang kabut.

Baca juga:Maksud Hati Ingin Curhat eh Fatmawati Malah Ditembak Bung Karno dengan Pernyataan Cinta

Mereka berusaha secepatnya meninggalkan Bengkulu dengan semua kendaraan yang ada, termasuk membawa Bung Karno dan keluarganya kabur menuju Padang.

Sebagai tahanan Belanda di pengasingan, Bung Karno masih merupakan tokoh penting bagi Belanda.

Figur Bung Karno dibutuhkan Belanda untuk suatu saat dimanfaatkan untuk mempengaruhi rakyat Indonesia jika Belanda akan menguasai Indonesia lagi.

Sebaliknya, pasukan Jepang juga mencari-cari Bung Karno karena sebagai figur dan idola kepemimpinan saat itu pengaruh Bung Karno sangat dibutuhkan untuk mengorganisasi rakyat Indonesia.

Oleh karena itu ketika bersama keluarganya dipindahkan ke Padang menggunakan mobil jenis pick up, Bung Karno selalu berada dalam pengawasan ketat polisi bersenjata lengkap.

baca juga:Agar Bisa Disiplin, Waktu Kecil Bung Karno Biasa Dihajar Pakai Gebukan Rotan oleh Ayahnya

Perjalanan menuju Padang dalam kondisi tergesa-gesa dan selalu dalam pengejaran pasukan Jepang itu ternyata tidak mudah. Situasi ini digambarkan dengan gamblang oleh buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat.

Setelah kondisi jalan tidak bisa ditempuh menggunakan mobil dan mulai memasuki kawasan hutan di daerah Muko Muko dan selanjutnya terus menembus hutan lebat menuju Padang, kendaraan diganti pedati yang ditarik sapi.

Tapi tidak semua orang rombongan Bung Karno bisa termuat di dalam pedati dan sebagian lainnya terpaksa berjalan kaki.

Bung Karno dan istrinya Inggit Ganarsih, Riwu, pembantu yang selalu ikut sejak dari Flores, dan seorang anak angkat, Sukarti (8) awalnya berada dalam pedati sementara enam polisi bersenjata lengkap berjalan sambil mengawal secara ketat.

Lama-kelamaan sapi penarik pedati tidak kuat jalan dan Bung Karno sempat turun menggantikan si sapi demi menarik pedati.

Baca juga;Kesengsem dengan Pramugrari Cantik yang Ada dalam Lukisan, Begini Cara Bung Karno Mendapatkan Cintanya

Tapi akhirnya pedati dan sapinya ditinggalkan dan semua rombongan memutuskan berjalan kaki menembus hutan lebat selama sekitar satu minggu untuk mencapai Padang.

Mujur pada hari keempat rombongan bisa keluar dari hutan dan kemudian menumpang bus untuk menuju kota Padang.

Tapi begitu sampai di Padang suasana sudahchaos karena pasukan Jepang sudah mulai berdatangan.

Seperti di Bengkulu pasukan dan warga Belanda memilih kabur dengan segala cara tapi kali ini Bung Karno dan keluarganya ditinggalkan.

Bung Karno akhirnya ditemukan juga oleh para petinggi pasukan Jepang dan kemudian dibawa ke Jawa. Dan tahun 1945, Bung Karno bisa memproklamirkan Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Artikel Terkait