Tak disangka, hal itu menjadi ladang pekerjaan baru. Selain bagi para pemandu sorak bayaran itu, juga untuk para pengelola jasa penyediaan penonton.
Agensi, biasa mereka disebut, bertugas menyediakan sumber daya manusia untuk berbagai genre program televisi, mulai dari acara pengajian, acara musik, acara realitas, hingga gelar wicara.
Sebenarnya ini bukan bisnis baru. Sejak stasiun televisi swasta mengudara di langit Indonesia, mereka mulai bermunculan.
Pada 2004 semakin marak dan terus menancapkan kukunya hingga saat ini. Maklum saja, meski kurang terpikirkan, bisnis ini ternyata menjanjikan keuntungan yang lumayan.
Baca juga: Kahiyang Ayu Melahirkan: Ini Kisaran Biaya Operasi Caesar di RSIA YPK Mandiri
Dulunya juga penonton
Orang yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan para penonton ini disebut koordinator penonton. Pihak televisi biasanya hanya berhubungan dengan sang koordinator untuk memastikan ketersediaan penonton.
Para koordinator, yang biasanya juga pemilik agensi, rata-rata mengawali karier sebagai penonton.
Seperti cerita Harsono Wahyudi, pemilik Harsono Management, yang kini memegang salah satunya adalah program Dahsyat. Mas Har awalnya menjadi penonton program Ngelaba-nya grup komedi Patrio di TPI (sekarang MNC) bersama Budi Anduk, Kiwil, Azis Gagap, dan Daus Sembako.
“Bedanya sekarang, mereka udah pada jadi di depan layar. Saya juga jadi, tapi di belakang layar lanjut ngurusin penonton,” katanya.
Rina Putri yang kini memiliki agensi bernama Herina Agency juga punya cerita serupa. Dia adalah penonton, salah satunya di program Realigi TransTV. Lama-lama Rina berpikir,
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR