Mel’s Update lebih membutuhkan audiens yang berpenampilan menarik. Atau, Mantap membutuhkan remaja bersemangat.
Mereka bekerja dan dibayar. “Kadang-kadang kita dapat cemoohan. Alay disebutnya. Sebutan alay‚ ’kan jadi momok sekarang. Akhirnya saya bilang, ‘Jangan takut dipanggil alay. Itu hanya ejekan buat ngata-ngatain orang. Yang penting kita betul-betul kerja, cari makan, buat bantu orangtua, buat sekolah.’ Akhirnya, mereka bersemangat lagi,” ucap Mas Har.
Jangan salah sangka, pola kerja para pemeriah acara ini juga profesional. Pembagian honor berdasarkan kelas. “Misalnya, kalau Rp20 ribu, biasa saja. Kalau kelas B Rp50 ribu, yang lebih bagus penampilannya. Kalau eksklusif, ibu-ibu arisan, atau anak-anak yang cantik seperti figuran, kelasnyabeda lagi. Kira-kira Rp75 ribu- Rp100 ribu,” urai Mas Har.
Sementara, Yasmin Sanad Manajer Corporate Communication ANTV, menunjuk angka, “Budget sekitar Rp30 ribu-Rp75 ribu, tergantung kelas.”
Cukup untuk hidup
Dari waktu ke waktu, bukannya menyusut, jumlah agensi yang ada justru bertambah banyak. Setidaknya hal itu membuktikan bahwa ladang pengelolaan pemeriah acara bisa untuk sandaran hidup. Padahal, dulu, Mas Har sempat ragu untuk menyeriusi usahanya.
Untunglah, teman-temannya yang lebih dulu sukses di bidang hiburan, seperti Akrie, Parto, dan Eko Patrio tak pernah berhenti menyemangatinya.
“Udah, loe bisa hidup di sini. Banyak kerjaan, kok. Tapi jangan kaki satu. Loe harus nyemplung, mengabdi, dan loyal,” kata Mas Har menirukan ucapan salah satu personel Patrio.
Seperti juga pekerjaan-pekerjaan lain, kunci utama menggeluti bidang ini adalah kemauan bekerja keras. “Kerja keras dulu, setelah itu baru bisa dinikmati hasilnya,” tegas Mas Har.
Setali tiga uang dengan Rina. Baginya, pekerjaan ini jauh lebih menjanjikan daripada sekadar hanya jadi penonton.
Sampai kapan profesi ini akan ada? Rasanya, selama masih ada banyak stasiun televisi yang membutuhkan penonton untuk meramaikan program mereka, profesi ini masih akan terus hidup.
“Selama masih ada permintaan dari pihak TV, saya sih bakal terus kerja begini,” kata Mas Har santai.
Dari alay bisa jadi artis
Jarang ada yang menduga bahwa profesi sebagai penonton bayaran juga memiliki jenjang karier. Kemungkinan untuk “naik kelas” itu ada. Asal, si penonton rajin, disiplin, dan profesional.
Seperti Ponima Sari. Awalnya, dia sekadar penonton, mengikuti banyak acara di bawah Harsono Management. Namun, kini posisinya adalah motor penggerak para penonton Dahsyat. Sari sendiri lebih senang menyebut dirinya leader.
Setiap agensi pasti memiliki motor penggerak. Tugas mereka adalah menggerakkan penonton untuk lebih ramai, ekspresif, dan bersemangat.
Dari motor penggerak, mereka punya kesempatan untuk menjadi pelawak, figuran sinetron, hingga model iklan. Itu pun jika tidak menyia-nyiakan kesempatan casting di mana-mana.
Sari mengakui, berkat Dahsyat, dia bisa kenal dengan Olga Syahputra. Dari kenal-kenal itu, dia sering diajak syuting untuk program pribadi Olga, Catatan Si Olga di ANTV.
Baca juga: Hidup Ala La Sape, Rela Tak Makan dan Berutang Demi Pakai Baju Merek Ternama
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR