Advertorial
Intisari-Online.com – Selama ini buaya dianggap sebagai hewan buas yang tidak segan-segan menjadikan manusia sebagai mangsanya.
Itu sebabnya, kemunculan buaya di desa pasti akan segera diburu oleh para penduduknya.
Namun hal berbeda terjadi didesa Bazoule, yang terletak sekitar 30 km dari Ouagadougou, ibu kota Burkina Faso.
Di desa itu, ada sebuah danau yang menjadi tempat berdiamnya sekitar 150 ekor buaya.
Baca juga: Pria Ini Melamar Kekasihnya di Bawah Air dan Buaya sebagai Saksinya
Namun, ratusan buaya itu ternyata bisa hidup berdampingan dalam damai dengan penduduk desa Bazoule.
Bahkan ara penduduk tidak segan-segan memberi makan reptil besar itu dengan ayam.
Para buaya pun jadi terpuaskan dan tidak lagi membahayakan bagi manusia.
“Kami bisa tetap bisa mendatangi mereka, menyentuh mereka, dan duduk di atas tubuh mereka."
"Tidak ada masalah, mereka suci, dan mereka tidak melukai,” kata seorang penduduk, Pierre Kabore.
Menurut legenda, para buaya mendekati penduduk desa di musim panas.
Sejak itu, setiap tahun, digelar hari liburan yang disebut ‘Koom Lakre’ untuk menghormati para buaya.
Selama hari itu penduduk desa memberi persembahan dan meminta hewan itu untuk mengabulkan doa mereka akan kesehatan dan kemakmuran.
Baca juga: Viral Tawaran Internet Gratis 20 Gb, Begini Penjelasan Resmi Operator
Persahabatan yang tidak lazim ini bahkan menjadi sebuah atraksi bagi banyak turis yang datang ke desa Bazoule.
Kisah manusia dan buaya yang hidup berdampingan ini berdasarkan sebuah cerita Mesir Kuno.
Dilansir dari Oddity Central, buaya dipercaya sebagai perwujudan dari Dewa Sobek. Sementara penduduk desa Bazoule adalah keturunan dari pejuang-pejuang Mossi.
Mereka memilih Crocodylus suchus sebagai totem suku mereka.
Legenda setempat yang berasal dari Abad ke-15 menganggap hewan reptil itu sebagai pelindung desa.
Diceritakan, saat musim kemarau yang parah pejuang Mossi dituntun menemukan danau oleh para buaya.
Hal itu tidak hanya menyelamatkan para pejuang itu, tetapi juga menemukan Bazoule yang menjadi desa mereka.
Baca juga:Aksi Heroik Seorang Ibu yang Terjun ke Sungai Demi Selamatkan Anaknya yang Diterkam Buaya
Karena mereka merasa berterima kasih kepada buaya, mereka sekarang merawat hewan itu dan hidup berdampingan.
Mereka juga akan menguburkan buaya yang mati seperti yang dilakukan oleh teman manusia mereka.
Penghormatan penduduk desa kepada buaya juga dilakukan dengan menggelar perayaan Koom Lakre.
Pemujaan penduduk kepada buaya berbuah dengan tidak ada satupun penduduk yang tewas akibat serangan buaya selama 70 tahun terakhir ini.
Para wanita desa biasa mencuci pakaian di danau dan menyirami ladang di dekat danau. Anak-anak juga terbiasa bermain di danau dengan aman.
Gigitan kecil apapun dari buaya akan dilihat sebagai hukuman dari para leluhur mereka, bukan sebagai suatu tanda serangan dari buaya.
Tidak heran bila hubungan aneh antara penduduk desa dan buaya itu menarik banyak perhatian.
Para turis yang datang akan membeli seekor ayam, yang akan digunakan oleh pemandu untuk memanggil buaya dari air.
Setelah itu turis bisa berfoto bersama buaya, dan bila berani, bisa duduk di atas punggung buaya.