Advertorial
Intisari-Online.com -Ketika pada 1960-1963 pemerintah RI melancarkan Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat (Papua) dari tangan Belanda, demi memenuhi kebutuhan persenjataan, berbagai senjata berat telah membeli dari sejumlah negara.
Pembelian persenjataan di tahun itu sebagian besar dibeli dari Uni Soviet (Rusia) dan sejumlah negara lain seperti Prancis.
Pasca PD II tidak seperti negara-negara Eropa lainnya, Prancis tidak menjadi sekutu AS sehingga bisa menjual persenjataannya ke Indonesia dengan lebih leluasa.
Persenjataan yang dibeli oleh Indonesia dari Prancis demi mendukung Operasi Trikora adalah sebanyak 400 tank AMX-13 yang pada tahun 1960-an merupakan kendaraan tempur (ranpur) lapis baja paling moderen.
Baca juga:Resmi, TNI AD Miliki 8 Helikopter Apache Buatan AS Senilai Rp4,6 Triliun
Pada tahun yang sama Israel juga membeli tank AMX-13 dalam jumlah besar yang kemudian dipergunakan dalam Perang Enam Hari (1967) melawan negara-negara Arab.
Tank-tank AMX-13 Israel itu dalam kondisi terkini telah menjadi besi tua karena tidak dioperasionalkan lagi.
Tapi tank-tank AMX-13 RI yang dioperasikan oleh batalyon-batalyon kavaleri TNI AD dan kemudian ‘menganggur’ karena Operasi Trikora berakhir secara damai tetap berusaha dipelihara dengan cara diremajakan (retrovit).
Meski sejumlah tank AMX-13 telah dijadikan monumen, ternyata masih banyak tank AMX-13 yang tersimpan dengan baik dan dalam kondisi bagus sehingga proses peremajaan bisa lebih mudah dilakukan.
Baca juga:Bukan Bintang atau Bulan, Inilah 7 Penampakan Misterius yang Pernah Muncul di Langit
Proses peremajaan tank-tank AMX-13 dilaksanakan oleh Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI AD, Bandung dan PT Pindad yang juga berlokasi di Bandung sehingga makin mempermudah proses kerjasama.
PT Pindad yang sudah memproduksi ratusan ranpur seperti panser Anoa dan Komodo, sama sekali tidak mengalami kesulitan melakukan program retrofit karena juga memiliki target memproduksi tank secara mandiri.
Tujuan menghidupkan AMX-13 kembali adalah agar mesin-mesin perang yang aslinya sudah berteknologi maju itu bisa dioperasikan hingga 20 tahun lagi.
Baca juga:Heli Apache TNI AD Cocok untuk Melumpuhkan KKB tapi AS Pasti Melarangnya, Kok Bisa?
Untuk program retrovit pada AMX-13 dilakukan pada penggantian mesin yang semula menggunakan bahan bakar bensin diganti dengan mesin diesel berbahan bakar solar.
Pasalnya, tank berbahan bakar bensin sebenarnya memiliki resiko tinggi dalam perang karena mudah terbakar dan memakan bahan bakar yang lebih boros.
Apalagi penggunaan bahan bakar bensin untuk tank sebenarnya lebih cocok di medan perang negara bermusim dingin dengan tujuan agar lebih mudah dinyalakan mesinnya.
Untuk negara tropis, operasional tank lebih cocok yang menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar karena lebih irit dan tidak mudah terbakar.
Baca juga:Inilah Kronologi Tenggelamnya Tank TNI AD di Sungai saat Bawa Siswa PAUD yang Tewaskan 2 Orang
Selain retrofit para bagian mesin dan komponen terkait lainnya, AMX-13 juga mengalami reftrofit pada bagian persenjataan dengan cara mengganti persenjataan yang lebih canggih sesuai kebutuhan pertempuran di era sekarang.
Salah satu sistem senjata baru yang dipasang pada AMX-13 adalah sistem pemandu tembak Remote Weapon System (RWS) yang terintegrasi ke meriam, senapan mesin, dan kanon kaliber 20 mm tank AMX-13 sehingga hasil tembakannya ke target menjadi sangat akurat.
Dengan program retrofit itu, tank-tank AMX-13 TNI AD yang seharusnya menjadi besi tua seperti tank-tank AMX-13 Israel, masih bisa dioperasikan dalam pertempuran.
Program retrofit bahkan menjadi tank-tank AMX-13 TNI AD menjadi makin ‘sakti’ berkat persenjataan baru yang dimiliki.
Baca juga: