Advertorial
Intisari-Online.com – Dua puluh lima tahun lebih telah berlalu ketika tokoh-tokoh Nazi dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan internasional di Neurenberg.
Sepuluh dari 12 tokoh Nazi telah dihukum gantung. Apa persisnya yang terjadi pada saat-saat terakhir?
Komandan penjara waktu itu, Burton C. Andrus menceritakan pengalaman-pengalamannya seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1973 berikut ini.
Peristiwa ini terjadi tanggal 16 Oktober 1946, sejenak setelah tengah malam.
Baca juga: Lucu, Raja Inggris Sembunyikan Mahkotanya yang Sangat Mahal di Kaleng Biskuit Agar Tak Dirampas NAZI
Saya, Burton C. Andrus, berjalan dalam taman penjara Neurenburg menuju ke blok tempat orang-orang yang dihukum mati sedang berada.
Di depan sel Joachim von Ribbentrop saya berhenti. Penjaga membuka sel: Mari ikut dengan saya, katanya pada Ribbentrop.
Tangan Ribbentrop terikat ke belakang. Bekas menlu Hitler mengikuti saya, kiri dan kanan dikawal penjaga dan di belakangnya ada seorang pastor.
Tanpa mengucapkan sepatah kata prosessi suram itu menuju ke ruang olahraga penjara. Jarak itu rasanya jauh sekali, seperti tidak ada akhirnya.
Di depan pintu masuk ruangan, saya menyisi, topi helem mengkilat kulepaskan dan memberi kesempatan pada para narapidana untuk masuk dalam ruangan yang terang benderang yang mengantarkan mereka seterusnya seorang mayor Amerika dan dua polisi militer.
Saya masih ingat betul: Mata Ribbentrop menjadi ciut ketika melihat tiang penggantungan. Alat yang ditutupi dengan kain hitam itu dipandang lambat sekali. Pastor mengikutinya.
Baca juga: Bukan dengan Siksaan, Pria Ini Justru Interogasi Tahanan Nazi dengan Lelucon & Candaan
Dengan suara keras seorang overate memanggil penterjemah resmi: Tanya orang itu namanya. Dengan suara lantang ia menjawab: Joachim von Ribbentrop.
Narapidana berusia 53 tahun, yang mengenakan baju coklat, kemeja biru dan dasi coklat kuning itu sekali lagi memandang tiang penggantungan. Kemudian ia menaiki anak tangga pertama dari 13 anak tangga. Talinya bergelantungan pada tiang yang melintang.
Sersan John C. Woods, algojo paling sibuk dari angkatan bersenjata Amerika waktu itu, mengaitkan tali pada leher narapidana, seorang lain mengikat kedua kakinya.
Pastor mengucapkan doa pendek. Narapidana ditanya apakah masih ada sesuatu yang mau dikatakan. Ribbentrop menganggukkan dan mengucapkan dengan suara lantang: “Semoga Tuhan melindungi Jerman. Keinginanku terakhir ialah agar Jerman tetap satu dan akan tercapai pengertian baik antara Timur dan Barat.
Dengan gerak tangan tajam perwira yang bertugas memberi tanda pada algojo. Kemudian sersan Woods mendekati narapidana dan menaruh kain hitam di atas kepala.
Kemudian Ribbentrop sekali lagi memandang pastor dan dengan suara lirih mengatakan: “Auf Wiedersehen…”
Kata-kata terakhir sudah tidak terdengar lagi “tertelan" oleh kain hitam tersebut pukul 1.16 sersan Woods menariK handel: Narapidana mati digantung.
Ribbentrop merupakan orang pertama yang meninggal di tiang penggantungan dari semua yang dijatuhi hukuman mati di Neurenberg Sembilan orang lain menyusul.
Sebagai kepala rumah penjara di Neurenberg, saya 18 bulan lamanya berhubungan sehari-hari dengan Goering dan penjahat perang lain. Saya bertanggungjawab atas kesejahteraan mereka.
Saya selain itu juga bertanggungjawab untuk keselamatan pengadilan tinggi yang menentukan nasib pemimpin-pemimpin Nazi ini.
Baca juga: Inilah Kamp Konsentrasi Nazi Khusus Anak, Tempat 400 Ribu Anak DIpaksa Bekerja dan Berlatih
Goering membawa 16 kopor
Saya sering harus masuk sel sel narapidana yang pengap. Saya hampir setiap hari omong omong dengan mereka. Sepuluh di antaranya kuantarkan ke tiang penggantungan.
Orang-orang yang kuawasi itu, harus mempertanggungjawabkan kejahatan yang paling ngeri yang pernah dialami umat manusia.
Namun sebagai komandan penjara dari Neurenberg saya toh berpikir: Semua harus diadili menurut undang-undang kita.
Artinya: Seseorang dianggap tidak bersalah selama kejahatannya belum terbukti.
Dari koran-koran dan film-film berita, dunia mendapat kesan seakan-akan pemimpin2 Nazi itu orang-orang yang keras seperti baja dan selalu tabah.
Pengalaman saya lain. Dari detik pertama mereka masuk dalam penjara satu per satu.
Dr. Arthur Seyss Inquart, komisaris negara di Belanda dan wakil gubernur jendral Polandia, mukanya pucat. Sorot matanya yang ganas dulu sudah lenyap.
Hans Frank, pemimpin dari NSDAP dan gubernur jendral Polandia, datang dalam ambulans. Sejak ia gagal membunuh diri, tubuhnya sudah berantakan.
Walter Funk, bekas Presiden bank nasional Jerman menderita cedera organis yang disebabkan karena penyakit kelamin.
Berbeda dengan politikus-politikus lain yang sedang diadili, Jendral Keitel, Jodl dan Admiral Doenitz lebih menjaga gengsi biarpun pakaian seragamnya sudah kusut dan luntur.
Tanggal 20 Mei 1945 Hermann Goering masuk, marsekal Hitler yang sangat ditakuti. Ia yang paling memusingkan saya.
Kami sudah mengambil tindakan keamanan ketat untuk mencegah kemungkinan bunuh diri. Kalau narapidana masuk mereka ditelanjangi sama sekali. Kemudian dikontrol dokter penjara.
Pakaian dan barang-barang milik pribadi diselidiki dengan cermat. Alat-alat cukur, gunting, kikir kuku, dasi dan tali sepatu diambil.
Demikian pula bretel untuk menahan celana dan pengikat kaos kaki, jam tangan dan barang-barang tajam lainnya. Kayu juga kami sita termasuk tongkat marsekal.
Ketika Herman Goering masuk ia mengenakan pakaian seragam angkatan udara biru laut, bawaannya tak kurang dari 16 koper kulit warna warni serasi dengan monogramnya. Di antaranya juga termasuk dos topi merah.
Dalam salah satu koper itu ada dos dengan kopi. Ternyata di dalamnya ada kapsul-kapsul cyaankali kecil-kecil. Dengan racun itu orang dapat menghabisi 12 jiwa.
Tak lama kemudian orang-orang yang saya tugaskan mengontrol kapsul-kapsul racun kedua, yang dijahit rapi dalam baju seragam Goering. Yang tidak kami temukan ialah kapsul ketiga yang ditelan sejenak sebelum algojo melakukan tugasnya.
Saya teringat bahwa Goering basah kuyup karena keringat waktu masuk ke dalam kantor saya. Perutnya yang gendut “tumpah" kian kemari di bawah bajunya. Namun demikian ia toh tetap mengesankan.
Kuku tangannya dicat merah menyala. Menurut dokter yang menyelidikinya juga kuku kakinya dicat merah.
Tindak tanduknya benar-benar tak tahu malu, menantang dan jahat. Soalnya karena dia mengira akan dapat bicara empat mata dengan Jendral Eisenhower, temyata ia dijebloskan ke dalam penjara.
Baca juga: Kisah 2.000 Sniper Perempuan Rusia yang menjadi Malaikat Maut Tentara Nazi
Tiang penggantungan dimasukkan penjara melalui lubang
Goering bertemu dengan isteri dan anaknya terakhir kali sebentar sebelum ia ditangkap. Kemudian Nyonya Goering dan puterinya Edda ditangkap bulan Nopember 1945 sampai bulan Maret tahun berikutnya.
"Kini ia tinggal di sebuah desa kecil tanpa sepeserpun" katanya dalam surat itu dan puterinya terus tanya ayahnya. Dalam surat-surat pada suaminya Nyonya Goering tidak pernah mengeluh tentang kemiskinannya. Dua bulan setelah permintaan itu ia diberi ijin mengunjungi suaminya.
Apapun orang mengatakan tentang Goering, saya tidak dapat melupakan kedua insan ini, yang hidup terpisah. Gambaran waktu mereka saling berjumpa lagi dan bicara melalui jeruji rapat.
Pada malam tanggal 14 Oktober 1946 saya diminta untuk mengambil tindakan keamanan yang ketat.
Alat-alat kayu untuk membuat tiga tiang penggantungan akan dimasukkan diam-diam dalam penjara dan dipasang dalam ruangan latihan olahraga penjara.
Harus dirahasiakan betul agar orang-orang yang dihukum mati tersebut jangan tahu menahu tentang peristiwa itu. Kapan mereka akan digantung akan diberi tahu pada saat terakhir.
Pelaksanaan harus dilakukan dengan cepat karena mereka tentu sudah sangat tertekan jiwanya.
Untuk mengetahui bahwa beberapa jam lagi akan mati sudah seram, Iebih-lebih kalau harus tahu beberapa hari sebelumnya. Karena itu mereka baru akan diberi tahu malam-malam kalau pakaiannya dimasukkan kedalam sel.
Supaya orang jangan curiga, malam sebelum tiang penggantungan dipasang telah diadakan permainan basketbal antara dua kesatuan serdadu Amerika. Yang tahu tentang saat penggantungan itu hanya saya dan dua perwira dari komisi sekutu.
Penjaga, malam itu harus bekerja keras. Setiap orang dalam sel pasti mendengarnya. Lama setelah pemain basket meninggalkan lapangan, team esekusi masuk melalui lubang dinding kayu yang khusus dibuat dalam terowongan penghubung.
Dalam ruangan olahraga mereka mengadakan persiapan. Mereka membuat pintu masuk besar dalam dinding ruangan yang tidak menghadap penjara. Narapidana pasti tidak tahu tentang masuknya tiang penggantungan tersebut.
Usungan-usungan untuk menggotong mayat sudah disiapkan. Demikian pula truck yang akan mengangkut mereka. Kemudian mulai "sandiwara yang ngeri". (Quick)
Baca juga: Di Blok Maut Kamp Konsentrasi Nazi Ini Rambut Para Korban yang Tewas Dijadikan Bahan Tekstil, Sadis!