Intisari-Online.com - Lebih sebulan setelah pertemuan antara pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden Donald Trump di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang berlangsung di Singapura (12/6), niat Korea Utara untuk menghancurkan program nuklirnya (denuklirisasi) sebenarnya makin tidak jelas.
Selain dianggap terlalu pelan dalam proses denuklirisasinya, Korut tampaknya juga berusaha mengibuli Presiden Trump.
Sebab hanya sekitar seminggu setelah KTT Singapura, melalui satelit mata-matanya, AS berhasil mengidentifikasi bahwa Korut ternyata masih berusaha mengembangkan program nuklirnya.
Pantauan satelit mata-mata yang memonitor kawasan Yongbyon Korut menunjukkan Pusat Pengembangan Nuklir (Yongbyon Nuclear Scientific Research Center/YNSRC) di lokasi itu infrastrukturnya tampak sedang diperbaiki ‘dengan cepat dan tergesa-gesa’.
Berdasar hasil foto-foto satelit, infrastruktur yang sedang dibangun di YNSRC antara lain, reaktor untuk memproduksi plutonium dan sarana-sarana pendukung lainnya.
Atas laporan terkait pembangunan fasilitas pengembangan nuklir Korut di Yongbyon, Presiden Donald Trump menyatakan tidak begitu terganggu mengingat.
Apalagi ia sudah sangat percaya bahwa Kim Jong Un berdasar kesepakatan KTT Singapura telah menyetejui untuk melakukan denuklirisasi secara menyeluruh (total denuclearization).
Tapi meski Donald Trump sangat optimis bahwa Korut akan segera menghancurkan program nuklirnya, langkah-langkah yang dilakukan Korut untuk program denuklirisasi ternyata bukan melakukan ‘penghancuran’ tapi ‘penyimpanan’.
Pasalnya Korut sendiri menolak untuk menyerahkan bom-bom atau hulu ledak nuklirnya ke negara lain karena khawatir akan dihancurkan.
Apalagi Korut sendiri ternyata masih membutuhkan senjata nuklir demi mendukung kekuasan Kim Jong Un. Karena tanpa senjata nuklir, Korut memang bak macan ompong dan tidak menakutkan lagi.
Baca juga: Hentikan Program Nuklir, Eh Korut Malah Kembangkan Rudal Balistik Kapal Selam
Selain itu Korut juga khawatir jika program senjata nuklirnya dihancurkan, AS dan sekutunya akan segera melancarkan serangan militer.
Source | : | BBC.com,Edition.cnn.com |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR