Advertorial
Intisari-Online.com – Pembunuhan ngeri atas diri tsar, isteri dan anak-anak mereka di gudang bawah tanah rumah Ipatiev pada tahun 1917, tidak hilang-hilang dari ingatan orang. Tetapi apakah pembunuhan oleh kaum bolsyevik itu benar-benar terjadi?
Apakah tsaritsa dan empat orang putrinya masih dibiarkan hidup lebih lama sedikit? Anthony Summers dan Tom Mangold dalam "berkas Romanov" (Albin Michel) menceritakan peristiwa itu berdasarkan penelitian kriminal dan sejarah. Intinya seperti berikut ini yang ditulis oleh Bernard Boringe dari Historia dan dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 1981.
--
Kedua wartawan Inggris itu mempertanyakan beberapa pertanyaan lain, tetapi merekapun tertarik pada dokumen-dokumen yang diabaikan mentah-mentah oleh hakim Sokolov.
Tampaknya pasti, bahwa tanggal 16 Juli, sebuah kereta api dipaksa menunggu di rel di garasi Ekaterinburg. Tira-tirai gerbong kereta api tertutup rapat. Iring-iringan mobil bergerak tanggal 17 dan mengambil jurusan Perm, kota yang terletak kurang lebih 300 km di sebelah utara Ekaterinburg.
Baca juga: Novichok, Racun Saraf CIptaan Uni Soviet yang Ampuh Lumpuhkan Tubuh, Lebih Kuat dari Gas Sarin
Dalam musim panas dan musim gugur 1918, berita tersebar luas ke Perm bahwa isteri tsar dan putri-putrinya diasingkan ke kota tersebut.
Dikutip pula tempat-tempat penahanan mereka secara beruntun: mula-mula di kantor pajak, lalu (sejak akhir September) di rumah seseorang bernama Berezine di jalan Obvinskla, dan akhirnya di sebuah biara yang tidak diketahui dengan tepat letaknya.
Pelbagai saksi mengungkapkan sebagai berikut: Seorang perawat dari Perm, Nathalie Moutnykh, diberi tahu mengenai kehadiran lima wanita keluarga Romanov. Pada bulan September, ia menerima wewenang untuk mengunjungi para tahanan bersama kakak laki-lakinya dan calon kakak iparnya.
Cerita yang diberikannya lebih lanjut tentang kunjungannya itu dibuat di bawah sumpah.
Baca juga: Inilah Vasily Zaytsev, Sniper Kondang yang Sempat Buta Tapi Akhirnya Jadi Pahlawan Soviet
"Kami turun ke lantai bawah dan di sebuah kamar yang remang-remang cahayanya, saya melihat tsaritsa Alexandra Feodorovna dan putri-putrinya dalam keadaan yang patut dikasihani, tetapi saya tak begitu mengenali mereka."
Di lain pemeriksaan ia menceritakan: "Berdasarkan cerita kakak saya, saya mengetahui bahwa Nicolas sendiri dan pewaris tahtanya telah ditembak dan mayatnya dibakar di luar Ekaterinburg, tapi sisa keluarganya, yaitu putri-putrinya dan Alexandra Feodorovna, telah dibawa ke Perm."
Para penduduk memberi kesaksian: "Ketika masuk, saya melihat wajah-wajah pucat dari wanita-wanita muda. Saya tidak ingat dengan tepat jumlah mereka, tapi saya lihat mereka tidak diberi tempat yang mewah. Wanita-wanita tersebut tidur di kasur di lantai, tanpa selimut dan seprai. Ruangannya temaram dan hanya diterangi oleh lilin dari lemak domba.
Salah seorang grand duchess duduk dan bersiul pelahan. Menurut saya, ia adalah grand duchess Olga, salah satu putri tsar yang congkak."
Baca juga: Kuburan Berusia 38 Ribu Tahun Ini Simpan Senjata dan Sesajen Penghantar Jenazah Lainnya
Beberapa waktu kemudian diperjelas: "Ada empat buah kasur di lantai, di situlah berbaring permaisuri tsar dan putri-putrinya, dua dari putri itu memakai selendang dan berambut pendek. Saya melihat ia memandang kakak saya dengan pandangan menghina."
Wanita lain dari Perm, Glarifa Malicheva, isteri seorang komunis daerah itu, menceritakan pula bahwa ia diberi tahu suaminya tentang kehadiran para tahanan itu. Suatu hari ia menemani suaminya ke kantor pajak dan menemui salah seorang tahanan.
"Saya melihat seorang gadis menuruni tangga: tidak tinggi, berambut pendek dan berkaca mata dengan bingkai emas. Rambutnya pirang, sangat kurus dan agak pucat. la kelihatan lelah dan tidak sehat."
Di kediaman Glarifa Malicheva, para penyidik menemukan serbet makan dengan simbol kekaisaran, mereka menanyakan, dari mana asal serbet-serbet tersebut:
Baca juga: Hanya karena Cinta, Gadis Cantik Rusia Ini Sudi Nikahi Pekerja Tambang Miskin Asal China
"Saya mengambilnya dari lantai, di kantor pajak, di hari saya melihat gadis itu dan yang menurut suami saya salah seorang dari duchess. Serbet-serbet itu berceceran di lorong. Ada yang mengatakan serbet itu sudah dibuang karena tak seorangpun membutuhkannya".
Seorang tahanan melarikan diri
Di Perm, pada musim gugur 1918, diceritakan bahwa salah satu grand duchess, Tatiana atau Anastasia, telah mengelabui penjaga. Ia kabur. Pelarian itu bersembunyi selama dua hari di hutan, tapi segera ditangkap. Ia ditemukan kembali oleh patroli dan dibawa ke pos penjagaan di desa Siding 37, di mana seorang bernama Grigoriev melihatnya.
"la duduk dekat tempat perapian dan kelihatannya sangat menderita. Ada darah di wajahnya, warna biru di sekeliling matanya dan bibirnya pecah-pecah. Ia memandang keluar dan tak berkata apa-apa."
Para serdadu Tentara Merah kemudian membawanya pergi. Tetapi seorang yang lain, Tatiana Sitnikova, melihat peristiwa itu sebagai berikut: .
"Saya melihat seorang wanita duduk dekat perapian. Rambutnya berwarna coklat, hidungnya bengkak dan ada warna biru besar di sekeliling matanya. Bagian depan bajunya penuh darah. Ia kelihatan sangat lelah dan menjawab pertanyaan para penjaga dengan penuh ketakutan.
Serdadu-serdadu Tentara Merah itu tertawa-tawa dan menggodanya. Saya memberinya sekerat roti, tapi dia menolak dan mengatakan tidak dapat menelan apa-apa. Serdadu itu memberinya mantel tentara kemudian membawanya pergi ke Perm.
Menurut apa yang saya dengar, ia mengaku di pos, bahwa ia putri tsar...Ketika saya memberinya roti, ia bertanya: "Apa yang akan mereka lakukan terhadap saya?"
Seorang tentara di Tomsk dan pegawai-pegawai setasiun, memberi kesaksian yang hampir sama. Seorang dokter bernama Outkine, memberi kesaksian lebih persis.
Baca juga: Inilah Warna Tertua di Dunia, Sudah Berusia 1,1 Miliar Tahun Lho!
Bulan September 1918, ia dipanggil oleh pemimpin dari Tcheka, untuk merawat seorang gadis dalam keadaan setengah sadar, luka memar di pipi dan bibir, di matanya ada bekas pukulan. Ketika sedang diperiksa gadis itu terbangun dan dokter bertanya dengan suara pelahan siapakah dia. Gadis itu menjawab: "Saya putri tsar, Anastasia."
Dokter kemudian mencari kompres, yodium tinktur dan mengobati luka-lukanya. Sayangnya ia tidak dapat menanyakan sesuatu, karena si pasien dijaga ketat oleh pengawasnya.
Dokter Outkine mengakui dengan jujur bahwa ia belum pernah me lihat anak-anak tsar, dengan demikian ia tak bisa mengenali mereka. Tetapi gambaran yang diberikan tentang gadis yang luka itu dan rambutnya cocok dengan gambaran Anastasia.
Outkine meneruskan : "Ketika saya pulang ke rumah, setelah menulis resep untuk Anastasia Nicolaievna, salah seorang anggota bolsyevik, yaitu Chlenov, bertanya pada saya. "Kenapa dia? Apa diagnostik Anda?"
Baca juga: Mengenal Fyodor Kolychev, Sosok yang Nyawanya Paling Diburu oleh Penguasa Rusia yang Mengerikan
Saya menjawab: "Ia gila, ia menderita megalomania, kirimlah ia ke rumah sakit jiwa." Orang itu diam saja tetapi memandang saya dengan tajam. Saya sengaja berkata begitu, sebab dari Rumah Sakit Jiwa ia bisa lebih mudah melarikan diri.
Saya tidak sangsi ia putri tsar dan saya tidak menyangsikan untuk selamanya. Kalau tidak, mengapa ada orang yang mau mempercepat kematiannya dengan mengaku dirinya sebagai putri tsar yang diburu-buru?
Akhir bulan November, ketika Tentara Putih mendekati Perm, kaum bolsyevik bersiap-siap untuk pindah. Para tahanan wanita itu dikirim dengan kereta api jurusan Glazov, ke desa sebelahnya, kemudian ke wilayah Kazan. Demikian cerita orang-orang kemudian.
Sebenarnya orang telah kehilangan jejak mereka.
Kaisar turun tangan
Seluruh kabar angin mengenai kelanjutan hidup keluarga tsar – yang meskipun hanya sebentar - hanya berlaku bagi permaisuri dan putri-putrinya. Tidak ada yang meragukan kematian Nicolas dan anak laki-lakinya yang dibunuh pada tanggal 16 Juli di gudang rumah Ipaticv atau di hutan dekat Ekaterinburg.
Mengapa kaum bolsyevik membiarkan wanita-wanita anggota dinasti itu hidup: Karena mereka akan digunakan sebagai sandera untuk perundingan dengan negara lain.
Seluruh kepala pemerintahan di Eropa tertarik pada nasib tsar yang digulingkan. Sejak awal revolusi Rusia, raja Inggris telah menawarkan tempat perlindungan bagi keluarga Romanov.
George V ialah sepupu Nicolas (ibu mereka putri-putri kerajaan Denmark, kakak beradik) dan juga tsaritsa Alexandra, lahir sebagai putri dari Hesse dan ia cucu Ratu Victoria.
Baca juga: (Foto) Termasuk Hemingway, Ternyata Anak Laki-laki Zaman Victoria Didandani Layaknya Perempuan
Tetapi pemerintah Inggris, untuk alasan politik dalam negeri, tidak bisa menerima bekas penguasa Rusia itu menetap di Inggris (Partai Buruh menentang rencana itu) dan raja menarik kembali undangannya.
Di pihak lain, Kaisar Wilhelm dari Jerman mencari cara-cara untuk menyelamatkan keluarga Romanov. Sejak lama ia memiliki hubungan akrab dengan Nicolas II (yang tidak menghalangi pernyataan perang pada tahun 1914).
Di lain pihak, seperti halnya Raja George, ia pun sepupu permaisuri tsar (ketiganya cucu Ratu Victoria). Lagi pula Alexandra putri Jerman, jadi kaisar memiliki alasan-alasan untuk mendukungnya.
Tahun 1917 tentara Rusia dipukul mundur dan divisi-divisi Jerman menyerbu Rusia. Untuk menyelamatkan revolusi, Lenin harus menanda tangani lagi perjanjian Brest-Litovsk (3 Maret 1918) sehingga ia harus menyerahkan daerah yang luas dan kaya pada Jerman. Traktat-traktat dibuat untuk membebaskan tsar dan keluarganya.
Sementara itu tsar bersikap memusuhi perdamaian yang bukan dibuatnya dan yang dianggapnya tidak terhormat. Ia menolak untuk diselamatkan oleh Jerman.
Di Moskwa Count Mirbach yang mewakili Wilhelm II, menganggap bahwa nasib tsar dan ahli warisnya adalah urusan dalam negeri Rusia dan Jerman tidak harus campur tangan dalam soal ini. Sebaliknya ia mengharapkan dapat membebaskan permaisuri tsar dan putri-putrinya.
Dengan demikian Lenin memiliki keuntungan bisa mempertahankan nyawa lima tahanan wanita itu. Di lain pihak ia merasa takut, walaupun sudah ada perjanjian perdamaian, akan ada invasi baru Jerman, terutama ketika Mirbach terbunuh di Moskwa oleh para fanatik tanggal 6 Juli.
"Kita seperti di ambang perang" demikian pengakuan ketua Komite Pusat, Svierdlov.
Dua minggu kemudian, hukuman mati atas Nicolas II diumumkan di Moskwa, tapi pemerintah Sovyet menerangkan bahwa isteri tsar dan putri-putrinya selamat. Apakah Lenin bermain sandiwara untuk mengelabui Jerman (meskipun Jerman memiliki mata-mata di Kaukasus), ataukah dia telah berkata yang sebenarnya?
Baca juga: Ternyata Indonesia Pernah Bantu Pejuang Afganistan Lawan Uni Soviet Lewat Strategi yang Sangat Rumit
Pada saat itu Sovyet percaya bahwa Jerman akan menang dari sekutu, jadi bukan waktunya untuk membuat marah penakluk.
Mulai bulan Oktober mereka sadar bahwa kehancuran Reich tidak dapat dihindarkan. Tidak ada gunanya lagi mengacuhkan Berlin, perjanjian Brest-Litovsk berantakan, orang Rusia tidak membutuhkan sandera lagi.
Tesis dan Hypotesa
Apakah isteri tsar dan putri-putrinya masih hidup pada saat itu? Jika mereka selamat dalam pembunuhan di rumah Ipatiev, mereka pasti akan dibunuh pada akhir 1918 atau awal 1919.
Bila lima orang tadi diakui hidup, dapat dipahami mengapa kenyataan disembunyikan.
Di pihak monarki, orang Rusia pada mulanya mempercayai pembunuhan massal pada tanggal 6 Juli 1918. Pemimpin Tentara Putih, walaupun mereka meragukan jumlah orang yang mati, tidak ingin mengakui bahwa kaum revolusioner menunjukkan rasa hormat dengan memisahkan tahanan wanita.
Baca juga: Sorge, Mata-mata Uni Soviet Tanpa Tandingan Namun Hidupnya Harus Berakhir di Tiang Gantungan
Mereka harus memperlihatkan kebalikannya pada seluruh dunia, bahwa kaum bolsyevik adalah monster dan mereka tidak ragu-ragu melakukan kejahatan apapun.
Dicoba pula selanjutnya untuk menyebar luaskan kekejaman pembunuhan massal tersebut dengan menceritakan bahwa para putri tsar dan bahkan permaisuri telah diperkosa oleh para serdadu sebelum dibunuh (kelihatannya seperti dicari-cari).
Mengenai hakim Sokolov, ia berkeras kepala berbuat sebaliknya dari pendahulunya, Sergheiev, yang dicopot dari tugas melakukan penyidikan oleh Tentara Putih dengan motif yang tidak jelas tahun 1919, dan yang menjelaskan kepada seorang wartawan New York Tribune:
"Saya yakin permaisuri tsar dan putri-putrinya serta anak laki-lakinya tidak dibunuh di rumah Ipatiev. "
Baca juga: Dituduh Selundupkan Data Pembuatan Bom Atom ke Uni Soviet, Pasangan Yahudi Ini Berakhir Tragis
Di pihak bolsyevik, komunis di Ural selama musim panas dan gugur 1918 menganggap perlu membiarkan orang tidak tahu bahwa permaisuri tsar dan putri-putrinya dipenjarakan di Perm atau di daerah sekitarnya.
Jika Tentara Putih berharap menemukan para tawanan ini, mereka bisa menyerang lebih hebat untuk membebaskannya.
Agar supaya para wanita tidak dikenal pada saat pemindahan, mereka diharuskan mengenakan pakaian petani dan rambut putri-putri tsar digunting (guntingan rambut putri-putri tsar yang berlainan warna telah ditemukan di kamar para gadis itu).
Mengenai pakaian para tahanan, mereka telah membakamya di lapangan hutan "Empat Bersaudara'', agar orang percaya pada kematian lima wanita tadi — hal ini menjelaskan adanya permata yang jatuh ke tanah.
Akhirnya mereka menembaki lagi dinding gudang bawah tanah untuk memberi kesan adanya pembunuhan massal.
Apakah tesis yang dikemukakan dua wartawan Inggris tersebut dapat diterima? Tidak ada yang dapat dipastikan. Satu-satunya bukti yang mungkin menunjukkan kelanjutan hidup Alexandra dan putri-putrinya hanya dapat ditemukan di arsip Kremlin.... yang tidak akan dibuka untuk para ahli sejarah yang penuh rasa ingin tahu.