Advertorial

Sorge, Mata-mata Uni Soviet Tanpa Tandingan Namun Hidupnya Harus Berakhir di Tiang Gantungan

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com - Selama PD II, mungkin tidak ada mata-mata dari pihak mana pun yang dapat menandingi Dr Richard Sorge dalam memperoleh informasi amat strategis yang menentukan jalannya peperangan.

Berkat jasanya Uni Soviet (Rusia) mampu mengerahkan segala dayanya untuk menghadapi Nazi Jerman, tanpa harus was-was bahwa pintu belakangnya akan diserbu musuh lain, yakni Jepang.

Jika sampai Stalin menghadapi dua front, muka dan belakang sekaligus, tipis kemungkinan ia dapat membendung invasi Jerman yang kala itu sudah sampai di depan Moskow.

Richard Sorge dilahirka di Baku (sekarang Azerbaijan) pada 4 Oktober 1895.

(Baca juga: Keren! Meski Punya Keterbatasan Fisik, Nur Ferry Berhasil Persembahkan 4 Emas Bagi Indonesia, Bahkan Memecahkan 3 Rekor)

(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

Sejak muda ia telah pergi ke Jerman, dan masuk tentara Jerman dalam PD I.

Seusai perang, ia meneruskan pendidikannya dan meraih gelar doktor dalam ilmu politik di Universitas Hamburg.

Sorge yang tertarik dengan gerakan komunisme kemudian bergabung dengan Partai Komunis Jerman tahun 1919.

Pada 1924 ia pergi ke Moskow. Mlihat kemampuannya, oleh Organisasi Komunis Internasional (Comitern) lalu dikirim ke China untuk menyusun jejaring mata-mata di sana.

Selama di China, Sorge berhasil menanamkan kesan kuat sebagai seorang Jerman yang loyal.

Bahkan ia masuk Partai Nazi pada 1933,tanpa ada yang pernah mengetahui ia sesungguhnya adalah seorang Comitern.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai spion, ia menyaru sebagai seorang wartawan dann memang terkenal sebagai seorang jurnalis yag cakap.

Tatkala militerisme di Jepang semakin mengeras dan ketegangan tambah terasa, Comitern menugaskannya ke Tokyo sebagai koresponden untuk pers Jerman.

(Baca juga: Wilhem Mohnke, Jenderal SS Nazi Yang Hobi Membantai Orang dan Paling Tidak Disukai Anak Buahnya)

Karena Dr Sorge dikenal sebagai wartawan Jerman yang cerdas dan paham betul persoalan politik, Dubes Jerman di Tokyo Jenderal Eugen Ort menariknya sebagai penasihat politiknya.

Dengan demikian aksesnya di Kedubes Jerman pun semakin leluasa, benar-benar seperti tikus di lumbung padi.

Dalam posisinya yang begitu bagus, Sorge dapat memperoleh, mengolah, dan mengirimkan berbagai informasi penting ke Moskow tanpa pernah dicurigai, apalagi diketahui baik oleh pihak Jerman maupun Jepang.

Pada 12 Mei 1941, ia melaporkan ke Moskow bahwa Jerman merencanakan menyerbu Uni Soviet pada 20 Juni 1941 dengan kekuatan 170 divisi.

Mereka akan menyerang dari semua lini perbatasan. Namun Stalin yang masih mempercayai pakta nonagresi-nya dengan Hitler, mengabaikan informasi strategis dari Sorge tersebut.

Padahal Jerman Nazi waktu itu sedang menyiapkan Operasi Barbarossa untuk mengeliminasi Soviet sekaligus.

Benar saja, walaupun selisih dua hari dengan yang diinformasikan Sorge, operasi besar militer Jerman itu benar-benar dilancarkan pada 22 Juni di tengah musim panas.

Dengan cepat tentara Merah tergulung dan Jerman leluasa merebut wilayah yang amat luas, bahkan mendekati ibukota Moskow.

(Baca juga: Bukan Asli Jerman, Pasukan Gunung Nazi Ini Lari Terbirit-birit ketika Digempur Habis-habisan oleh Pasukan Uni Soviet)

Seandainya saja Stalin mempercayai laporan spionnya dari Tokyo itu, maka tentara Merah tentu tidak kecolongan.

Akhirnya hanya alam melalui “Jenderal Musim Dingin”-lah yang dapat membantu Stalin memperlambat dan akhirnya menghentikan lajunya mesin perang Jerman ditambah mulai datangnya bala bantuan pasukan segar dari timur.

Pada Agustus 1941, Richard Sorge kembali mengirim informasi strategis mengenai recana Jepang untuk menginvasi wilayah di selatannya sekaligus menghantam sasaran-sasaran di Pasifik.

Informasi ini menegaskan, Jepang tidak punya rencana untuk menyerbu Soviet yag berada di utara Jepang.

Informasi ini terbukti tepat, dibuktikan dengan serangan Jepang atas Pearl Harbour pada awal Desember, sekaligus aksinya ke Asia Tenggara dan Pasifi.

Sementara Tentara Manchurianya yang terkenal kuat dan berpengalaman tidak melakukan ancaman apapun terhadap Rusia.

Karena itu Stalin dengan leluasa dapat memindahkan kekuatannya dari timur ke barat untuk melawan Jerman, tanpa khawatir pintu belakangnya didobrak Jepang.

Seandainya tak ada informasi Sorge, Stalin harus siap menghadapi dua front dengan akibat pertahanannya di barat dapat ambruk.

Namun ibarat pepatah sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya kedok Dr Richard Sorge terbongkar juga.

Pada 18 Oktober 1941 ia ditangkap oleh dinas kontra-intelijen Jepang bersama Ozaki Hotsumi, seorang agen mata-mata Soviet lainnya.

Dunia pun gempar, tak pernah menyangka “patriot Jerman” itu adalah spion ulung Rusia yang informasi strategisnya sulit tertandingi.

Mereka diadili dan dihukum mati dengan digantung pada 7 November 1944 di penjara Tokyo.

Pada 1964, 20 tahun sesudah kematiannya, Moskow pun menganugrahinya gelar Pahlawan Uni Soviet.

Artikel Terkait