Intisari-Online.com - Jumat (13/07/2018) kemarin, pesawat Ryanair tujuan Zadar, Kroasia mendarat darurat di bandara Frankfrut-Hahn, Jerman.
Menurut ABC News, Senin (16/07/2018), situs flight radar24 menunjukkan penerbangan dari Dublin, Irlandia tersebut mengalami penurunan dari 37.000 kaki ke 10.000 kaki hanya dalam waktu tujuh menit saja.
Akibat pendaratan darurat ini, sekitar 33 orang dari 159 penumpang harus dilarikan ke rumah sakit. Itu disebabkan para penumpang mengeluarkan darah dari telinga, hidung, dan mulut mereka.
Sedangkan sisa penumpang lainnya juga mengalami sakit kepala, sakit telinga, dan mual.
Amazing video from Mr. Kevin Burke. You can see how terrified we were. No-one speaking, no-one moving. Silence and just silence.#Ryanair #nightmare pic.twitter.com/YFYRiORy2s
— Minerva Galvan (@Maingd) July 14, 2018
Ini memicu pertanyaan, bagaimana bisa para penumpang tersebut mengeluarkan darah dari telinga mereka saat pendaratan darurat?
Tekanan Udara
Hal ini berhubungan dengan tekanan udara kabin. Tekanan udara kabin yang benar berada sekitar 6.000 hingga 8.000 kaki di atas permukaan laut.
Padahal, ketinggian jelajah khas pesawat terbang adalah 36.000 hingga 40.000 kaki. Artinya, ada perbedaan antara udara di dalam kabin dan di luar pesawat.
Nah, ketika terjadi kebocoran kecil akan menyebabkan pelambatan depressurisation udara kabin. Depressurisation sendiri adalah malfungsi sistem tekanan udara di kabin pesawat.
Jika hal ini diketahui cukup awal, pilot bisa membuat pendaratan darurat ke ketinggian yang aman. Ini kemungkinan yang terjadi pada kasus Ryanair di Jerman.
Meski berhasil mendarat darurat, perbedaan tekanan udara tersebut (baik perlahan ataupun tiba-tiba) bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan.
Kebocoran tekanan udara yang lambat bisa menyebabkan beberapa gejala hipoksia seperti mual dan sakit kepala.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR