Intisari-Online.com - Open office merupakan salah satu desain kantor yang sudah lama populer dan banyak digunakan oleh perusahaan. Di Amerika Serikat, misalnya, sekitar 70% perusahaan menerapkan konsep terbuka alias open office. Alasannya, efisien. Perusahaan tak perlu menempatkan setiap karyawan pada ruangan khusus. Selain itu, dianggap dapat meningkatkan kebersamaan tim kerja. Namun, ternyata open office menurunkan kinerja karyawan.
(Virtual Office, Cocok buat Pebisnis Pemula?)
Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam BBC.com pada 2017, open office justru berdampak buruk bagi kinerja karyawan. Sebanyak 15% karyawan mengaku kurang produktif dan sulit berkonsentrasi.
Tak hanya itu, open office juga membuat karyawan kehilangan fokus lebih dari 20 menit dan sulit untuk multitasking. Ingatan karyawan menjadi menurun akibat tempat duduk yang sering berpindah-pindah.
(Waspada Wabah Sindrom 'Mager' di Kantor)
Selain pada kinerja, open office juga berdampak buruk pada kesehatan. Karyawan memiliki risiko dua kali lebih mungkin mengalami sakit. Pasalnya, ketika salah satu karyawan sakit, maka dapat dengan mudah menular ke karyawan yang lain.
(Benarkah Virtual Office Rawan Penipuan?)
Profesor dari University of Sydney, juga menemukan, ada sekitar 50% orang yang bekerja dengan desain open office. Sementara itu, hampir 60% karyawan bekerja pada kubikel mengaku, merasa terganggu dengan suara alias keberisikan. Sedangkan, hanya 16% karyawan yang bekerja di close office mengaku, terganggu dengan suara.