Advertorial
Intisari-Online.com – Aktor senior Arief Rivanmeninggal dunia, Selasa (3/7/2018) pagi, karena serangan jantung.
Ory, sang anak mengungkap bahwa ayahnya memang sudah menderita penyakit jantung sejak setahun terakhir.
Arief juga harus memasang ring di jantungnya karena mengalami penyumbatan pembuluh darah.
Saat ini, serangan jantung merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.
Oleh karena itu, kita harus tahu banyak tentangnya. Salah satunya mengenai gejalanya.
Dari sekian banyak tanda awal serangan jantung, ada satu gejala yang sering kali diabaikan. Sebab ia mirip dengan masuk angin.
Sesungguhnya dalam dunia medis, tidak dikenal istilah masuk angin.
Yang ada adalah keluhan asam lambung yang tinggi dan pengosongan lambung yang terhambat sehingga menimbulkan perut kembung, mual, dan pusing, sendawa dan buang angin.
Menurut dr. Siska Suridanda Danny, Sp.JP,FIHA, seorang dokter jantung RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, sepintas gejala “masuk angin” memang mirip dengan gejala serangan jantung karena diantarkan oleh saraf yang sama yaitu saraf nervus vagus.
Kemudian rangsangan tersebut diterima oleh otak sehingga menimbulkan rasa nyeri. Akan tetapi gejala serangan jantung lebih spesifik, seperti rasa nyeri yang luar biasa di dada.
Seolah-olah ada beban berat diletakkan di atas dada dan jantung berebar-debar. Namun rasa nyeri di dada ini tidak bisa dilokalisasi.
Pasien tidak bisa memastikan bagian dada sebelah mana yang merasakan nyeri hebat tersebut.
Gejala serangan jantung tersebut sering disertai dengan rasa mual, kembung, nyeri di ulu hati, keringat dingin, sendawa, pusing dan bahkan pingsan.
Nah, banyak orang beranggapan bahwa itu gejala masuk angin.
Memang tidak mudah membedakan serangan jantung dengan gejala masuk angin, kecuali dengan pemeriksaan medis.
Baca juga: Arief Rivan Meninggal Dunia: Ini 6 Tanda yang Diberikan Tubuh Sebulan Sebelum Serangan Jantung
Akan tetapi, bila mengalami gejala yang sering disebut gejala masuk angin tersebut segeralah periksakan diri ke dokter untuk memastikannya.
Ketika terjadi serangan jantung, penanganan pertama yang dilakukan adalah dengan pemberian obat golongan asam asetilsalisilat atau obat yang dapat menghambat pembekuan darah (antikoagulan).
Serangan jantung terjadi karena penyumbatan pembuluh darah coroner yang memberi makan otot-otot jantung.
Ketika pembuluh darah coroner tersumbat, jantung tidak mendapatkan aliran darah yang cukup dan otot-otot jantung tidak mendapat makanan , sehingga menimbulkan rasa nyeri hebat di dada.
Jika tidak ditangani dengan obat, segera bawa si penderita ke rumah sakit. Penanganan serangan jantung tidak boleh lebih dari 12 jam setelah terjadi. Ini disebut sebagai golden period.
Jika lebih dari itu kerusakan pada otot-otot jantung tidak bisa diperbaiki kembali. Semakin cepat ditangani, kemungkinan pulih semakin lebih besar.
Untuk menghindari penyakit mematikan ini, lakukanlah pengontrolan terhadap lima faktor risiko penyebab penyakit jantung yakni; hipertensi, diabetes mellitus, ketidakseimbangan kolesterol, merokok, dan obesitas.
Minimal setahun sekali lakukan cek kesehatan, baik itu pengecekan hipertensi, kolesterol, atau gula darah. Jalani pola hidup yang sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat seperti kaya serat.
Sebaiknya hindari makanan yang banyak mengandung yodium dan sodium. Yang terakhir dan tak kalah pentingnya adalah olahraga secara teratur. (Intisari Extra Health)
Baca juga: Waspadailah, 7 Tanda Penyakit Jantung di Tubuh Ini Dapat Anda Lihat dengan Mata Telanjang