Advertorial
Intisari-Online.com – Kerap kali kita mendengar kata "hati-hati" diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang ibu yang melepas kepergian anaknya ke sekolah dengan ucapan "hati-hati". Seorang istri melepas kepergian sang suami untuk bekerja juga dengan ucapan "hati-hati".
Sepele memang. Kadang kita tidak begitu memperhatikan.
Kata "hati-hati" dianggap sebagai pelengkap kalimat perpisahan saja. Padahal "hati-hati" mengandung makna yang sangat dalam.
Karena jika ingin hidup kita sukses dan bahagia, sifat berhati-hati adalah salah satu faktor penentunya.
Baca juga: Hati-hati Jika Sering Main Tes Kepribadian di Facebook, Ini Hal Buruk yang Bisa Terjadi pada Anda
Akibat tidak hati-hati
Lihatlah berita-berita tentang musibah yang menimpa orang-orang di sekitar kita. Biasanya berawal dari keteledoran atau ketidakhati-hatian.
Rumah yang terbakar karena lupa mematikan kompor, anak balita yang tersiram air panas karena lupa tidak menaruhnya di tempat yang aman, remaja yang bersahabat dengan narkoba karena mudah terpengaruh dan tidak hati-hati memilih teman.
Demikian juga pejabat yang ditangkap KPK. Ini bukan karena ia tidak hati-hati dalam melakukan korupsi sehingga ketahuan, tapi karena ia teledor terhadap hidupnya sendiri, yaitu tidak berhati-hati untuk menjauhi segala kecurangan. Betapa kehati-hatian adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan kita.
Saya belajar sifat hati-hati ini secara detail ketika saya menjadi pembantu rumah tangga di Hong Kong. Apalagi saya menjaga anak orang dari bayi sampai tumbuh menjadi seorang anak. Saya harus berhati-hati dari kebersihannya sampai keamanannya.
Apa pun yang sedang saya kerjakan, hati-hati adalah prioritas utama. Ketika saya memasak, saya harus hati-hati memasukkan garam. Demikian juga ketika saya meletakkan sesuatu yang bisa berbahaya bagi anak-anak. Apalagi ketika menjaga anak balita yang sedang giat-giatnya belajar berjalan.
Dengan demikian, bukankah sifat hati-hati akan menyelamatkan kita dari musibah dan malapetaka yang disebabkan oleh keteledoran?
Ada kisah dari Timur Tengah yang diceritakan oleh Ibnul Jauzi tentang keteledoran ini, yakni tentang seorang laki-laki yang sedang memotong kukunya. Karena tidak hati-hati, maka ia memotong jarinya, dan mati.
Juga seseorang yang masuk kandang keledai. Karena tidak hati-hati, ia diseruduk keledai dan langsung meninggal.
Hati-hati mengontrol diri
Berhati-hati bukan berarti lamban. Justru berhati-hati sering berarti kecepatan. Contohnya, mengendarai mobil dengan tidak hati-hati dan terlalu cepat justru sering akan lebih lambat sampai ke tujuan.
Sebab kecelakaan - bahkan maut - seolah terus mengintip di sekitar kita, menanti kesempatan untuk menghambat perjalanan kita.
Berhati-hati juga berarti mengontrol diri secara ketat, yaitu meninggalkan kesalahan-kesalahan, keteledoran, dan hal-hal bodoh, lalu menggantinya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat, seperti bertindak dengan benar, menciptakan ide-ide brilian dan Iain-Iain.
Sikap hati-hati juga perlu kita ingatkan pada para wakil rakyat yang baru saja terpilih dalam pemilu legislatif lalu. Hati-hati dalam mengemban amanat rakyat. Hati-hati dalam bertindak. Hati-hati dalam memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak!
(Ditulis oleh Eni Kusuma, Motivator. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 2009)
Baca juga: Hati-hati, Meski Punya Rasa yang Lezat, 9 Makanan Ini Ternyata dapat Memicu Serangan Jantung