Kombinasi dua cara itu mutlak harus dilakukan, karena jika hanya mengandalkan sambungan basah, andai terjadi kesalahan mengelas, akibatnya struktur bangunan akan berkurang. Sebaliknya bila hanya memakai sambungan kering, maka jumlah panjang sambungan akan jadi lebih besar dan volume total adukan beton non susut jadi besar pula. Biaya akan semakin mahal.
Kombinasi kedua sambungan ditambah dengan proporsi ukuran tebal, lebar, dan panjang rangka panel yang tepat itulah yang memperkokoh bangunan. "Dimensi proporsional, sistem perakitan dan sistem sambungan inilah yang kita patenkan," ujar Nana bersemangat.
Setinggi apa pun gedungnya
Setelah melalui beberapa kali uji coba, diketahui tingkat daktilitas sistem "n-panel" mencapai 6 poin, artinya tingkat yang terbaik untuk menghadapi gempa. Bila dibandingkan dengan struktur rangka terbuka dengan syarat ideal sebesar 5,3 atau struktur dinding geser dengan syarat ideal 4, maka sistem panel ini bisa dikategorikan sebagai struktur bangunan terbaik dalam memikul beban lateral dan vertikal.
Hanya saja, Nana menggarisbawahi, struktur bangunan bukan hanya dipengaruhi oleh bentuk panel semata. Sistem sambungan dan dimensi ukuran ideal rangka juga sangat berpengaruh terhadap kekuatan bangunan. Andai saja panel berbentuk "n" dipadu dengan sistem sambungan yang berbeda, maka tingkat daktilitas juga akan lain.
Sistem "n-panel" disebut-sebut bisa dipakai untuk gedung dengan tingkat berapa pun. Namun, menurut Nana, "Untuk bangunan rendah masih belum mendapatkan nilai ekonomisnya." Batasnya kira-kira untuk bangunan lima lantai ke bawah. Kalau enam lantai dan seterusnya baru terasa sisi ekonomisnya.
Tidak menutup kemungkinan sistem ini digunakan untuk bangunan di atas sepuluh lantai. Cukup dimensi ukuran proporsionalnya menyesuaikan dengan berapa lantai gedung yang akan kita bangun.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR