5. Port koneksi
Dulu sejumlah ponsel pintar menggunakan Universal Serial Bus (USB) seperti yang digunakan pada PC dan laptop. Namun ukurannya mini sesuai dengan ukuran ponsel itu sendiri.
Pada 2007, USB Implementer Forum membuat standar baru dengan mengenalkan microUSB. Tugasnya semula sebagai rongga untuk transfer data menggunakan kabel kemudian bertambah sekaligus sebagai port untuk isi ulang baterai.
Belakangan lalu kompatibel dengan USB flash disc dengan teknologi bernama USB on the Go (USB OTG). Dengan tiga fungsi sekaligus perusahaan pengembang port USB lalu meningkatkan kecepatan transfer data.
Yang belakangan akan menjadi tren adalah USB Type C. Versi terbaru satu ini bahkan juga memiliki kemampuan untuk melakukan tugas selayaknya port audio 3,5 mm. Kelak, sebuah ponsel hanya membutuhkan satu rongga microUSB Type C saja.
6. Portable charger
Metode pengisian tenaga (charging) dulunya sangat membutuhkan arus listrik AC dengan memakai charger atau konverter.
Bisa Anda bayangkan jika Anda berada jauh dari kawasan yang tersedia listrik AC atau dalam situasi mobile. Portable charger menjadi solusi paling masuk akal, walaupun sebenarnya juga ada konverter yang memanfaatkan tenaga matahari (sel surya) sebagai pasokan energi. Tetapi tak populer.
Portable charger atau biasa dikenal dengan sebutan powerbank sangat populer. Sebuah riset menyebutkan bahwa pengguna perangkat mobile akan membelanjakan aksesori pertama berupa powerbank. Perangkat ini mengalirkan listrik DC ke DC. Energi yang diperoleh dari arus listrik AC disimpan sebelumnya oleh sel baterai yang terdapat di dalamnya.
7. Peta digital
Peta digital semula hanya digunakan oleh perangkat GPS menggunakan satelit yang titiknya ditentukan secara triangle. Hasilnya berupa laporan koordinat pada permukaan bumi. Peta menjadi bagian penting untuk menentukan lokasi seseorang, mengantarkan seseorang dari satu koordinat ke koordinat lain, sekarang bahkan “memotret” kondisi sebuah lokasi lengkap beserta situasinya secara real time.
Adalah Nokia yang pertama kali mengembangkan Nokia Maps. Google mengikuti. Kemudian seiring dengan strateginya yang menguasai hampir seluruh data dalam bentuk apapun, peta Google lebih cepat berkembang, itu juga berkat penetrasi pemakaian smartphone Android.
Nokia walaupun telah mengembangkan Augmented Reality (AR) pada petanya, namun Google lebih progresif. Peta digital terus berkembang dan terintegrasi dengan berbagai layanan termasuk transportasi online.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Hery Prasetyo |
KOMENTAR