Advertorial
Intisari-Online.com- Pada akhir abad ke-16, sekelompok pendatang Inggris yang datang ke Amerika Utara secara misterius menghilang tanpa jejak dari Roanoke Island (Carolina Utara).
Sekarang para arkeolog sedang bersiap untuk mencari mereka lagi, dengan harapan akan memecahkan misteri itu pada abad ini.
Kelompok Inggris yang hilang sering disebut sebagai The Lost Colony.
Awalnya mereka diperkirakan berjumlah lebih dari 100 pria, wanita, dan anak-anak.
Baca Juga:Karma! Mimpi Camilla Jadi Ratu Inggris Dihadang 'Titisan Putri Diana', Kate Middleton
Tetapi setelah pecahnya perang Anglo-Spanyol pada tahun 1585, dengan pasokan dari Inggris semakin berkurang, koloni itu pun lenyap.
Ketika gubernur John White kembali pada tahun 1590, setelah pergi untuk persediaan pada tahun 1587, kasus koloni yang hilang itu ditinggalkan.
Namun, tahun ini para arkeolog berencana untuk melanjutkan penggalian kembali.
Selain mencari pendatang Inggris yang hilang, mereka juga berharap menemukan jejak kota mereka, yang juga hilang.
Baca Juga:Kim Jong Un dan Donald Trump Akhirnya Bertemu Juga, Begini Isi Kesepakatan Keduanya
"Saya sangat yakin bahwa program penggalian ulang kami akan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan selama ini," kata arkeolog Eric Klingelhofer sebagaimana dilansir pada IFL Science, Senin (11/6/2018).
Tak berhenti di situ, ada berita lain mengenai kasus menghilangnya pendatang ini.
Yakni sebuah batu yang selama ini dikenal sebagai media penyampai pesan oleh para pendatang yang hilang.
Batu itu kini diberitakan sebagai tipuan dan hanya palsu belaka.
Baca Juga:Berasal dari 12 Putra Yakub, ke Mana Perginya 10 Suku Israel yang Hilang?
Batu itu dibawa ke Universitas Emory di Georgia oleh seorang turis setengah baya, yang mengaku telah menemukannya di dekat perbatasan Carolina Utara dan Virginia.
Pada permukaan batu dapat dilihat terdapat ukiran-ukiran yang dianggap sebagai pesan oleh pendatang Inggris yang hilang itu.
Ditulis oleh Eleanor Dare, putri gubernur John White, konon pesan batu itu menceritakan kematian setengah dari para pemukim.
Sementara setengah sisa penduduknya tampaknya dibunuh oleh orang Indian setempat.
Namun, pada tahun 1940-an, pengawasan yang lebih teliti menyebabkan banyak orang berspekulasi bahwa batu-batu itu hanyalah tipuan.
Anggapannya yakni bahwa batu-batuan itu dibuat oleh seorang ahli batu bata Georgia.
Sekarang para arkeolog dari Universitas Brenau di Georgia dan yang lain berharap dapat mempelajari seluruh bagian batu.
Para ilmuwan berencana untuk mempelajari prasasti, mereka juga mencatat bahwa batu tidak tampak seperti pemalsuan.
Baca Juga:Menuai Kontroversi, Seperti Apa Ritual Penebusan Dosa Para Yahudi Ortodoks Ini?
Bahkan beberapa pihak menyebut bahwa batu itu memang berasal dari abad ke-16 dan bukan batu yang dipalsukan.
Apapun masalahnya, sepertinya salah satu misteri paling bertahan di Amerika Utara kembali menjadi sorotan.
Baca Juga:Sekarang Rekam Pesan Suara di WhatsApp Tak Perlu Tahan Tombol Lagi, Begini Caranya!