Intisari-online.com—Media sosial memberikan kita akses yang luas untuk berkomunikasi dengan teman maupun orang yang baru. Memiliki banyak teman merupakan salah satu kunci untuk membangun diri. Sehingga media sosial sebenarnya memberi pengaruh yang baik.
Nah, karena itu saat kita memiliki banyak jaringan pertemanan di media sosial, hal ini juga harusnya membuat kita sadar bahwa kita perlu lebih bijaksana di ranah maya ini.
Tahukah Anda bahwa sesuatu di media sosial pasti lebih ‘panas’ ketimbang kenyataannya? Sebab di media sosial seperti facebook dan twitter kita bebas menyampaikan apapun. Dan kemungkinan besar teman di dunia maya maupun di dunia nyata bisa melihat atau mendengar postingan kita.
Sering kali, kita bereaksi begitu cepat terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar di media sosial tanpa benar-benar membaca, memikirkan, dan memahami postingan itu secara utuh. Sehingga informasi itu bisa saja diterima begitu saja tanpa mengetahui apa maksud postingan itu. Berbeda jika kita berkomunikasi di dunia nyata, kita bisa memilah dan mengerti maksud dari informasi yang orang lain berikan pada kita dengan pikiran yang jernih.
Nah logikanya, kita tidak akan berteriak atau menyakiti perasaan orang lain langsung di hadapannya seperti yang kita lakukan di media sosial, kan? Lalu mengapa kita melakukannya di dunia maya?
Teori yang bisa menjelaskannya adalah bahwa yang membuat kita begitu mudah mengomel dan marah-marah di media sosial adalah karena kita membiarkan emosi yang mengambil alih ketimbang pikiran jernih.
Perkataan kasar dan amarah di dunia maya sebenarnya tidak akan membuat kita merasa lebih baik. Ryan Martin, profesor psikologi di University of Wisconsin-Green Bay, mengatakan bahwa pergeseran suasana hati saat mengungkapkan kebencian di media sosial itu efeknya sementara saja pada diri kita.
Namun dampaknya bisa menyebarkan kebencian bahkan merusak persahabatan di dunia maya hingga di dunia nyata. Saat kita menyebarkan hal-hal negatif pada dunia maya, banyak reaksi yang akan muncul. Reaksi-reaksi itu bisa dipastikan merugikan kita.
Ketika kita menyebarkan artikel atau hal-hal berbau agama, pilihan politik, ras, etnis, suku yang membuat orang lain tersinggung, sesungguhnya kita sedang membiarkandiri kita kehilangan teman. Mungkin ia memang tidak menghapus pertemanan dengan kita di media sosial, tapi ia pasti kehilangan respect pada kita.
Baca juga: Sebuah Firma Hukum di Texas Menggugat Perempuan 20 Tahun karena Menulis Hal Buruk di Media Sosial
Jika kita berpikir bahwa mereka mungkin terlalu sensitif dengan isu yang kita buat di media sosial, cobalah refleksikan kembali ketika kita juga merasa tersinggung dengan postingan orang lain. Apa kita mau bergaul dengan orang itu?
Faktanya memang banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menyebarkan kebencian sampai ia sendiri yang mengalami sendiri. Nah, karena itu sebelum kita terbakar amarah dan mengomentari serta menyebarkan postingan negatif di media sosial, pertimbangkanlah hal-hal ini:
1. Apa motif kita ketika mem-posting. Apa yang kita harapkan dari postingan itu?
2. Bagaimana perasaan teman-teman kita ketika ia melihat postingan itu?
3. Apa yang kita rasakan jika situasi itu diposisikan pada kita? Apakah kita merasa baik-baik saja jika orang lain melakukan hal yang sama pada kita?
4. Apa fakta yang sebenarnya dari artikel yang saya sebarkan? Apakah ini berasal dari sumber yang terpercaya?
5. Informasi apa yang terdapat dalam artikel/postingan? Adakah hal yang melenceng di situ?
6. Apakah saya betul-betul sudah membaca dan memahami keseluruhan artikel?
Sebelum mengetik tulisan, meng-klik tombol share, me-retweet, dan menyebarkan postingan, pastika untuk memhami betul apa yang kita bagikan. Hal ini tidak hanya untuk menjaga persahabatan di dunia maya, tapi juga membantu kita untuk memahami dengan lebih luas sebuah isu. Sekali lagi, STOP menyebarkan kebencian di media sosial!
Baca juga: Tiga Langkah Atasi Stres yang Muncul Akibat Terlalu Aktif di Media Sosial