Intisari-Online.com -Tak bisa dimungkiri, Donald Trump sukses pengaruhi muslim Amerika Serikat untuk mencoblos. Bukan untuk mendukungnya tapi untuk menggagalkannya menjadi orang nomor satu di Amerika.
Belum lama ini, imam masjid Indonesia di New York dan Washington DC menyerukan agar muslim di sana beramai-ramai mencoblos dan satu suara memberikan suaranya kepada Hillary Clinton. Langkah ini ia lakukan karena ia khawatir jika Donald Trump yang terpilih.
Kita tahu, warga Amerika akan memilih antara Hillary Clinton dan Donald Trump dalam pemilihan presiden yang disebut oleh imam masjid Indonesia di New York, Shamsi Ali, sebagai pemilihan presiden yang 'luar biasa'.
Kampanye dua calon ini diwarnai dengan debat panas dan saling tuduh terkait sejumlah isu. "Pemilu kali ini luar biasa. Saya melihat masing-masing komunitas kampanye besar-besaran. Komunitas Muslim misalnya bekerja sama dengan perusahaan mobil di beberapa tempat, untuk memberikan fasilitas gratis kepada Muslim yang ingin berangkat dan memilih," kata Shamsi Ali.
"Pemilu ini at stake (dipertaruhkan), dalam situasi yang harus diantisipasi karena adanya kandidat yang kurang bersahabat dan jelas terbuka dengan ketidaksahabatan itu (terhadap Muslim), sehingga komunitas Muslim dan inter faith partners yang punya concern yang sama (bekerja sama) agar hal ini tak terjadi," tambahnya.
Di tempat lain, imam di Imaam Centre, Washington DC, Fahmi Zubir mengatakan dalam beberapa bulan terakhir, banyak organisasi Muslim dan juga lintas agama menyerukan kepada komunitas masing-masing untuk memilih pada tanggal 8 November. "Banyak aktivitas, seperti seminar dan aktivitas pemuda Muslim lain mengangkat bagaimana pentingnya kita vote dan antisipasi Islamofobia... yang penting kitavote dan yang penting bukan Trump," kata Fahmi.
Tak hanya komunitas muslim, kekhawatiran jyga muncul dari komunitas Yahudi. Mereka khawatir, diskriminasi terhadap Islam bisa merambat ke pemeluk agama lainnya.
Kita tahu, kampanye Clinton dan Trump merupakan salah satu yang terpanas dalam sejarah pemilu Amerika Serikat. Selain suara terbanyak, pemilihan presiden Amerika Serikat menggunakan sistem yang disebut electoral college, atau sekelompok orang yang disusun berdasarkan jumlah penduduk. Secara total terdapat 538 kelompok dan untuk menang, seorang calon harus mendapatkan 270.
Sejumlah negara bagian seperti Florida, Pennsylvania dan Ohio dikenal sebagai kawasan battleground atau negara bagian yang belum menentukan pilihan. Di negara bagian battleground ini, beberapa komunitas Muslim bekerja sama dengan perusahaan transportasi untuk memastikan mereka memilih.
"Misalnya di Pennsilvania, daerahbattleground, ada kerja sama dengan perusahaan transportasi... Ini sesuatu yang baru, tahun-tahun sebelumnya tak terjadi. Ini crucial (penting) karena akan menentukan tidak saja wajah Amerika dan akan menentukan wajah dunia. Komunitas Muslim punya tanggung jawab besar untuk menentukan juga ke mana di masa depan," kata Shamsi Ali.