Intisari-Online.com - Berwisata ke Bukittinggi memang bukan hanya urusan memandang Jam Gadang, Ngarai Sianok, atau objek-objek wisata lainnya. Biasanya di kota yang dulu bernama Fort de Kock ini, wisatawan juga akan menyempatkan diri untuk mencicipi nasi kapau. Apalagi biasanya mereka mendengar, kalau nasi ini berbeda dengan nasi padang. Maka jadilah nasi kapau bukan sekadar sebagai pengisi perut, tapi juga pemuas rasa penasaran.
Dalam khazanah kuliner Minangkabau, nasi kapau termasuk dalam menu klasik yang sudah melintas zaman. Hanya saja, tak ada pedagang makanan ini yang tahu persis awal mula sejarahnya. Yang jelas, salah satu pemilik warung nasi kapau di Los Lambung, Pasar Lereng, mengatakan, bisnis keluarganya ini sudah dimulai sejak 1930-an.
Popularitas nasi kapau bahkan pernah membuatnya turut serta dalam gelaran Indonesia Festival Food hingga World Street Food Congress (WSFC) di Singapura. WSFC sendiri merupakan festival kuliner internasional berkategori “street food” yaitu makanan yang dijual di jalanan atau area publik. Kadang kala, street food juga dijajakan dari tenda atau kios yang mudah dibereskan.
Dicampur dalam satu piring
Nasi kapau sebenarnya merupakan nasi rames ala Kapau. Komposisi standarnya, nasi putih beserta gulai kapau yang disantap bersama lauk. Gulai kapau yang berbahan dasar kol, nangka, dan kacang ini, juga memiliki kekhasan sendiri. Kuahnya berwarna kuning dengan rasa yang sedikit asam.
Orang dari luar Minangkabau banyak yang mengira, nasi kapau serupa dengan nasi padang. Padahal dari segi penyajian, rasa, dan bumbu, jauh berbeda. Pada nasi padang, sayuran akan disajikan dengan potongan kecil-kecil. Sedangkan pada nasi kapau, sayuran akan disajikan secara utuh. Contohnya, pada gulai nangkanya, kacang panjang hanya akan dibagi dua sampai tiga potong per lonjor. Bahkan kol disajikan selembar utuh.
Sepiring nasi kapau biasanya akan tersaji dengan lauk-pauk dan sayuran yang disiram dengan kuah gulai. Ini berbeda dengan nasi padang yang menghindangkan nasi terpisah dengan lauk pauknya.
Soal bumbu, nasi kapau juga punya racikannya sendiri. Bumbu tidak pernah ditumis, berbeda dengan nasi padang. “Semua pakai minyak kelapa asli, jadi enggak ada yang ditumis,” terang Desmon Efrita, karyawan di Nasi Kapau Uni Lis. Selain itu, nasi kapau juga dikenal kaya akan pemakaian kelapa untuk memunculkan rasa gurih pada lauk-pauknya.
Ada beberapa jenis masakan yang bisa dinikmati dengan nasi kapau. Salah satu favorit pengunjung adalah gulai tambunsu yang merupakan campuran telur, ayam, dan tahu yang dimasukkan ke usus sapi. Pengunjung biasanya juga menyukai kikil, tujung, dendeng, dan ikan mas telur. Justru ayam balado atau gulai yang jadi ciri khas nasi padang, jarang dipesan. “Nasi kapau begitu ciri khasnya, kalau ayam sudah biasa,” ujar Ernida pemilik Nasi Kapau Uni Er.
Di kedai nasi kapau, penyajian hidangannya juga cukup unik. Lauk pauknya disajikan bertumpuk-tumpuk satu sama lain. Barisan baskom berisi lauk beranea ragam itu tersusun rapi di meja bertingkat.
Ketika ada pembeli yang memesan, penjual akan mengambil lauk-pauk dengan sendok lauk bertangkai panjang. Panjangnya bisa mencapai 110 cm untuk menjangkau wadah-wadah yang jauh. Pengunjung pun akan menyatap makanannya di depan atau di samping lauk pauk yang telah ditata. Menariknya, cara penyajian masakan ini membuat interaksi antara pembeli dan penjual menjadi semakin akrab.