Intisari-Online.com - Salah satu kiat berbisnis adalah menjadi yang berbeda. Jika sudah ada produk sejenis, mengikuti bisa mati. Makanya, menjadi berbeda ditempuh supaya konsumen melirik. Seperti restoran masakan minang berikut ini. Memasukkan nuansa Jepang dalam restoran Padang. Jangan khawatir, tetap nendang!
Suntiang bukan restoran Minang biasa. Tidak ada mangkuk berisi air kobokan, tidak pula ada pelanggan yang berteriak, "tambuah ciek lai!" Yang tersedia di meja adalah sumpit dan aneka masakan Minang yang disajikan ala sushi. Begitulah, restoran ini menyodorkan pengalaman makan nasi padang dengan gaya Jepang.
Piring-piring berisi aneka makanan cantik itu berkeliling bersama ban berjalan di sushi bar Restoran Suntiang di Pondok Indah Mall 2, Jakarta Selatan. Ada sepiring ”sushi” dengan seiris daging putih dan setitik saus berwarna oranye. Kami meraih satu piring menu yang kami kira sushi tuna. Namun, begitu kami santap, menu itu ternyata nasi-ayam pop lengkap dengan sambal yang gurih.
Di piring lain, terhidang nasi pulen lengket digulung nori—lembaran rumput laut hijau—dengan sejumput daging di atasnya dan beberapa butir wijen. Kami mengira menu itu sushi unagi yang dimasak matang. Ketika sampai di lidah, ternyata menu itu adalah nasi-rendang. Ada pula sushi dengan topping yang kami kira telur ikan. Setelah dimakan ternyata menu itu tidak lain nasi pulen berbalut nori, ber-topping teri balado.
Begitulah, gambaran sushi yang terbentuk lewat pandangan mata seketika terhapus ketika lidah justru menemukan cita rasa Minang. Hasilnya adalah sebuah kejutan yang menyenangkan. ”Rupo Japang, raso tetap Minang,” bisik seorang tamu yang baru pertama kali ke Restoran Suntiang, pekan lalu.
Sebaliknya, Suntiang juga menyajikan masakan Jepang dengan selera Minang. Cobalah semangkuk ramen dengan kuah oranye mengilap dan menggugah selera. Begitu kuahnya sampai di lidah, kita langsung menemukan cita rasa gulai yang gurih. Ada pula ramen yang kuah misonya dibubuhi cabai hijau. Di luar itu, ada sederet menu Jepang yang dimasak ala Minang seperti edamame balado, tempura otak, dan kepala salmon kuah gulai.
Makan di Suntiang, kita seperti diajak untuk mencicipi suasana yang berasal dari dua tradisi berbeda. Pengelola Suntiang cukup serius menghadirkan nuansa Minang sekaligus Jepang. Nama Suntiang yang terdengar sangat Minang ditulis dengan huruf bernuansa Jepang. Pramusaji mengenakan atasan bernuansa Jepang dengan bawahan bercorak songket minang. Meja makan ditata seperti di restoran Jepang dengan piring-piring berwarna polos, sendok-garpu, dan sumpit. Dengan sumpit itulah kami makan sushi-ayam pop.
Tetap Minang
Untuk lidah yang ”maniak” dengan cita rasa Minang, hidangan ala Suntiang masih bisa diterima meski disajikan seperti makanan Jepang. ”Cita rasa Minang tetap kita pertahankan dan terasa dominan. Masakannya tetap kaya bumbu dan rempah seperti masakan Minang umumnya,” ujar Maulana dari Humas Suntiang.
Mari kita lihat bahan-bahan makanan yang digunakan Suntiang. Bahan seperti daging yang merupakan bahan utama alam kuliner Minang untuk menu seperti rendang dan dendeng balado masih merupakan bahan yang terbanyak digunakan. Begitu pula dengan daging ayam untuk menu ayam pop, ayam gulai, dan ayam bakar. Bumbu-bumbu yang paling banyak sama seperti restoran Minang lainnya adalah bumbu gulai dan cabai merah keriting.
Meski begitu, bukan berarti menu makanan di restoran ini bebas dari bahan dan bumbu yang biasa dipakai restoran Jepang. Asisten Chef Suntiang Delly Adhiguna mengatakan, cita rasa Jepang hadir lewat nori, mayonnaise, dan nasi sushi yang lengket, bukan nasi aur atau pera yang biasa digunakan di restoran Minang.
”Nah, semua itu dipadukan menjadi sushi. Kalau di menu sushi Jepang, nasi dipadu dengan daging ikan segar, di sini kami padu dengan lauk khas Minang,” kata Delly.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR