Intisari-Online.com - Ada yang mencolok dari tenda yang terletak di belakang Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur. Di tenda tersebut terdapat tulisan “Tenda Perjuangan” berwarna kuning milik salah seorang pengikut Dimas Kanjeng yang resah menunggu pencairan uang mahar yang dijanjikan.
Tenda itu berada di belakang Padepokan. Lokasinya berbatasan dengan sawah. Luas tenda diperkirakan 4 meter x 4 meter. Tenda itu hanya terbuat dari terpal. Salah satu pengikut yang namanya tidak mau diumumkan itu mengatakan, tulisan itu dibuat oleh temannya yang bernama Agus asal Jawa Tengah. Ia mengaku tidak mengenalnya secara dekat. Hanya sebatas menyapa antar-pengikut Dimas Kanjeng.
“Tulisan itu dibuat untuk menyemangatinya yang sudah lelah. Ia memang sudah putus asa karena uangnya hilang ratusan juta di tangan Dimas Kanjeng. Makanya, dia buat tulisan tenda perjuangan,” katanya.
Dia menjelaskan, Agus menganggap bahwa tenda itu saksi hidup perjuangannya selama di padepokan. Menurut dia, Agus memang sudah lebih dari tujuh bulan bertahan di padepokan dengan kondisi kekurangan. Ia pun rela meninggalkan pekerjaannya sebagai pedagang daging di daerah asalnya, termasuk meninggalkan keluarganya.
“Akhirnya Agus tidak kuat memperjuangkannya. Ia memilih pulang kampung sebelum Dimas Kanjeng ditangkap. Ia sudah tidak memikirkan uangnya,” paparnya.
Dia pun mengalami hal yang sama. Ia merasakan bahwa hidup di tenda padepokan ini ibarat sebuah perjuangan mencapai kesuksesan. Namun, ia mengaku bahwa titik kesuksesannya ini terlalu panjang dan berliku. Bahkan, ia pun tidak memiliki gambaran apa yang ada di depannya.
“Saya mau pulang saja, tapi ini masih menunggu transferan uang dari istri saya. Begitu ada uang, saya pulang ke rumah,” paparnya.
Dia menuturkan sudah tujuh bulan di padepokan. Tujuannya sama dengan pengikut lainnya, menunggu pencairan uang mahar. Sebab, syaratnya sebelum uang mahar yang digandakan cair, pengikut diwajibkan belajar agama mulai mengaji, shalat, puasa, dan mengamalkan amalan-amalan lainnya.
“Intinya memperbanyak tirakat. Tapi, sampai tujuh bulan ini belum ada pencairan sama sekali. Saya dulu tahu padepokan ini dari teman saya,” tuturnya.
Dia mengaku, niatnya memberikan uang mahar ini untuk memperkaya diri. Ia menyebut memiliki utang dan jumlahnya puluhan juta. Ia tidak memiliki uang sebanyak itu untuk menutupi utangnya. “Saya justru semakin banyak utang sekarang, uang mahar tidak kembali sama sekali,” tutupnya.
(Galih Lintartika/Tribunnews.com)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR