Pada bayi, yang mempunyai lemak cokelat (brown fat), dampak salah kaprah tadi bisa lebih buruk. Jika jarang mandi, bayi jadi lebih gampang kepanasan dan lebih banyak berkeringat.
Tubuhnya menjadi lemah, karena kehilangan banyak cairan, sehingga mudah terserang penyakit batuk, pilek, sampai bronkitis dan paru-paru basah.
(Baca juga: 8 Kebiasaan Sepele Orangtua yang Bisa Tumbuhkan Anak Gagal)
Contoh salah kaprah lain, penggunaan sabun bayi. Di daerah tropis, kulit yang lembab dan berminyak merupakan media yang baik untuk infeksi kuman dan jamur, terutama kalau saluran kelenjar keringat tersumbat.
Makanya, tumbuh biang keringat, jerawat, bisul, panu, kurap, dan sebagainya. Namun, penggunaan sabun halus pada bayi sebenarnya tidak diperlukan.
Sabun halus mengandung minyak lebih banyak. Akibatnya, sabun susah berbusa, kulit pun jadi susah bersih, kecuali disabuni berulang-ulang. Jadi, pakai sabun biasa saja. Dengan sabun biasa kotoran sudah lumat kok.
(Baca juga: Lahir dengan Kondisi Langka, Seorang Bayi di India Dianggap Sebagai Reinkarnasi Dewa Hanuman)
Saat memandikan bayi juga tak perlu menggunakan waslap atau karet busa. Selain kasar, waslap dan karet busa juga dapat menjadi sarang kuman dan jamur.
Juga, jangan mengotori kulit bayi yang sudah bersih dengan minyak apa pun (baby oil, cream, atau lotion), apalagi minyak telon, minyak kayu putih, dan sebagainya. Selain bikin bayi kepanasan, minyak-minyak tadi jika dipakai secara berlebihan juga akan membuat kulit bayi "hangus".
Jadi, tinggalkan saja cara merawat bayi warisan kolonial, yang ternyata tidak tepat untuk anak-anak kita.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR