8 Faktor Pemicu Diabetes

K. Tatik Wardayati

Editor

8 Faktor Pemicu Diabetes
8 Faktor Pemicu Diabetes

Intisari-Online.com – Penyakit diabetes tipe 2 sering tidak terdeteksi pada tahap awal. Akibatnya, penderita diabetes baru banyak terdeteksi menderita serangan jantung, kebutaan, amputasi, sampai kematian akibat diabetes.

Dengan jumlah kasus mencapai 90% dari semua jenis diabetes, diabetes tipe 2 jenis yang paling umum diderita. Diabetes tipe ini terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh berhenti merespon insulin, sehingga memicu tingginya tingkat glukosa dalam darah.

Ada beberapa hal yang tanpa disadari membuat seseorang lebih tinggi berisiko terkena diabetes. Jika Anda secara teratur tidur kurang dari lima jam sehari, risiko terkena diabetes dua kali lipat dibandingkan mereka yang tidur 7 – 8 jam setiap malam.

Berikut ini beberapa penyebab seseorang lebih besar berisiko terkena diabetes, seperti dilaporkan oleh Daily Mail.

  1. Bentuk tubuh apelUkuran pinggang yang semakin lebar beberapa kilogram bisa menyebabkan risiko diabetes tipe 2. Seorang wanita berisiko jika pinggang mereka diukur lebih dari 80 cm. Pria Asia berisiko tinggi jika ukuran pinggang mereka lebih dari 90 cm.

  2. Kurang tidurJika seseorang secara teratur tidur kurang dari 5 jam sehari, maka mereka berisiko dua kali terkena diabetes dibandingkan mereka yang tidur 7 – 8 jam sehari. Kurangnya istirahat akan mengganggu irama sirkadian tubuh, jam internal yang mengatur tidur dan siklus bangun secara alami. Dan ini diyakini melepaskan hormon stres terlalu banyak.

  3. Kista ovariumSebanyak 10% pasien dengan sindrom ovarium polikistik bisa menyebabkan diabetes tipe 2. Seperti diabetes, sindrom ovarium polikistik berhubungan dengan ketidakseimbangan insulin. Jika terlalu banyak insulin dalam darah, ovarium memproduksi hormon testosteron terlalu banyak, sehingga gejala seperti pertumbuhan rambut yang berlebihan, jerawat, kenaikan berat badan, dan depresi. Peningkatan kadar insulin akan merusak ovarium dan pankreas, dan menyebabkan diabetes.

  4. MendengkurSebuah penelitian di Yale menunjukkan masalah mendengkur yang sudah parah, menciptakan peluang dari kadar gula darah yang lebih tinggi. Pendengkur berat lebih mungkin berisiko diabetes sebesar 50%. Salah satu faktor risiko mendengkur adalah kelebihan berat bedan, yang juga pertanda untuk diabetes tipe 2. Namun, ilmuwan mengklaim bahwa menurunnya saluran udara dapat menyebabkan peningkatan tingkat kortisol, yang menyebabkan tingkat glukosa meningkat.

  5. Kehamilan

    Meskipun masih menjadi perdebatan, para ilmuwan menemukan bahwa satu dari 20 wanita hamil mengalami diabetes gestasional. Wanita hamil memproduksi gula ekstra untuk membantu janin tumbuh, sehingga mengganggu keseimbangan glukosa insulin normal, dan umumnya melahirkan bayi dengan ukuran lebih besar.

    Meskipun akan sembuh dengan sendirinya setelah melahirkan, wanita yang mengalami diabetes gestasional memiliki risiko lebih dari 7 kali lebih tinggi terkena diabetes di masa depan.

  6. Melewatkan sarapan

    Penelitian di Australia menemukan bahwa orang yang melewatkan sarapan cenderung mengalami penurunan mendadak pada gula darah di pagi hari, sehingga mereka lebih sering makan makanan manis. Inilah yang menyebabkan gula darah meningkat tiba-tiba dan merangsang insulin. Akibatnya sel-sel tubuh resisten terhadap efek dari hormon yang memungkinkan terjadinya diabetes.

  7. Shift kerja

    Bekerja shift dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan diabetes tipe 2 sebesar 50%. Sebuah penelitian terbaru di Harvard University menemukan bahwa para pekerja yang bekerja malam hari dan sistem shift berisiko. Seperti halnya kurang tidur, shift kerja berpengaruh pada terganggunya irama sirkadian tubuh.

  8. Minum jus buah

    Sebuah penelitian dari 70.000 wanita yang minum sekitar 180 ml jus buah per hari, berisiko 18% lebih besar terkena diabetes. Gula alami dalam buah-buahan sangat cepat diserap melalui perut, menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Namun, makan buah ketimbang jus akan memperlambat penyerapan karena serat membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna.