Intisari-Online.com - Permasalahan gizi sangat berkaitan dengan kehidupan manusia, baik pada bayi, anak-anak, remaja, dewasa bahkan lansia. Yang menjadi pusat perhatian kita yaitu lansia. Kenapa lansia? Ada apa dengan gizi lansia?
Lanjut usia (lansia) merupakan proses alamiah yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Di dalam struktur anatomis proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Lansia banyak mengalami perubahan seiring bertambahnya usia.
Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan struktur dan fungsi tubuh, kemampuan kognitif maupun status mental. Herry (2008) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perubahan pada sistem gastrointestinal dapat menyebabkan penurunan efektivitas penggunaan zat-zat gizi sehingga dapat menyebabkan permasalahan gizi yang khas lansia.
Masalah gizi yang terjadi pada lansia dapat berupa gizi kurang atau gizi lebih. Darmojo (2009) menjelaskan bahwa lansia di Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan dalam keadaan kurang gizi adalah 3,4 persen, berat badan kurang 28,3 persen, berat badan lebih 6,7 persen, obesitas 3,4 persen, dan berat ideal 42,4 persen.
Untuk mencegah masalah kekurangan dan kelebihan gizi bagi lansia, dapat dilakukan dengan pengaturan pola makan dengan jumlah yang cukup. Pengaturan pola makan tersebut, dapat dilihat sebagai berikut:
Pada lansia, kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5 persen pada usia 40 - 49 tahun dan 10 persen pada usia 50 - 59 tahun serta 60 - 69 tahun (Fatmah, 2010). Menurut WHO dalam Fatmah 2010 kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia (>60 tahun) pada pria adalah 2.200 kalori dan pada wanita yaitu 1.850 kalori. Perbedaan kebutuhan kalori pria dan wanita ini didasarkan pada adanya perbedaan aktivitas fisik dan tingkat metabolisme basal yang berhungan dengan pengurangan massa otot.
Konsumsi serat memiliki banyak manfaat bagi manusia. Miller (2004) menjelaskan bahwa serat berperan dalam mencegah berbagai penyakit dan merupakan komponen penting dalam makanan. Serat bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol serum dan meningkatkan toleransi glukosa pada penderita diabetes.
Selain itu, serat pada biji-bijian dan sayuran penting untuk menjaga fungsi usus dan mencegah sembelit. Asupan serat dan karbohidrat yang dibutuhkan tubuh berkurang seiring bertambahnya usia. Akan tetapi, akibat penurunan asupan lemak pada lansia, kebutuhan kalori meningkat sedikit, sedangkan kebutuhan serat pada lansia tidak terlalu banyak (Fatmah, 2010)
Lemak jenuh adalah lemak yang dalam struktur kimianya mengandung asam lemak jenuh (Fatmah, 2010). Konsumsi lemak jenuh berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sedangkan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah dapat diturunkan dengan mengkonsumsi jenis lemak tak jenuh. Beberapa makanan yang mengandung lemak tak jenuh adalah bawang putih, tempe, teh, anggur, apel, avokad, dan ikan.
Asupan air pada lansia harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan omoreseptor pada lansia kurang sensitif, sehingga mereka sering kali tidak merasa haus. Selain penurunan rasa haus, peningkatan jumlah lemak dan penurunan fungsi ginjal untuk memekatkan urin asupan cairan yang kurang pada lansia dapat menimbulkan masalah kekurangan cairan pada lansia (Fatmah, 2010).
Perhatian status gizi kepada lansia sangat penting dilakukan untuk peningkatan kesehatan kondisi fisik lansia dengan melakukan penilaian status gizi ssecara berkala, memberikan pengawasan kepada lansia saat lansia makan, memberikan makan kepada lansia sesuai dengan kemampuan fisik lansia.