Menurut William Shawcross, 2 hal penting yang membebani Ratu dalam tahun ke-44 tahtanya kini adalah perubahan luar biasa masyarakat dan kelakuan anak-anaknya. Keduanya bisa menjadi sebab sekaligus akibat, saling mempengaruhi.
Baca juga: Ratu Elizabeth II Ketemu Philip Pertama Kali Waktu Masih Ngompol
Ada kemerosotan moral yang melanda, dan itu sebetulnya juga terjadi di seluruh dunia. Perceraian, penyelewengan, dan semacamnya, adalah kasus yang jumlahnya terus meningkat. Sementara itu, anak-anaknya juga terlanda masalah yang sama.
Ratu dipaksa harus memahami, bahwa segala hal yang terjadi di luar berlangsung juga di dalam keluarganya. Ini sesuatu yang sesungguhnya tak dikehendaki rakyat.
Suasana menjadi pelik manakala keretakan Duke dan Duchess of York berlangsung pada saat kehidupan pribadi warga istana makin transparan di mata masyarakat, jauh lebih rumit ketimbang saat perceraian Putri Anne – Mark Philips dulu.
Belum lagi usikan bertubi-tubi terhadap pasangan Wales, yang harus melalui liku-liku sebelum pisah.
Tentu saja keduanya berbeda. Jika Andrew --Sarah, yang cerai awal April lalu, masih bisa saling berhubungan sebagai teman, tidak demikian halnya dengan Diana - Charles. Selain ada embel-embel calon pewaris tahta bagi putra sulung pasangan ini, keduanya hampir mustahil berhubungan lagi dalam bentuk apa pun.
Pada saat yang sama, masyarakat tak kunjung jera mencari tahu perihal gosip-gosip sekitar istana. Lagi-lagi Ratu harus mengintervensi kehidupan pribadi anak-anaknya, menentukan bagaimana mereka harus bersikap terhadap media.
Daripada peristiwa kebakaran yang melanda Istana Windsor tahun 1992, yang kemudian dirangkai dengan berbagai persoalan dalam negeri lain menyebabkan Ratu menyebut saat itu adalah "Tahun Mengerikan", persoalan anak-anaknya jauh lebih pelik.
Padahal, terhadap dunia luar, Ratu harus menampilkan citra diri yang tidak terpengaruh oleh segala kejadian itu. Sungguh terasa bebannya ketika buku tentang Diana karya Andrew Morton terbit, 1992, ia tengah berada di Prancis.
Tahun 1994, saat buku mengenai Pangeran Charles karya Jonathan Dimbleby terbit, Ratu sedang berkunjung ke Moskwa.
Untung bagi Ratu, masyarakat di dua tempat dan pada saat yang berbeda itu berbalikan dengan masyarakatnya sendiri di Inggris. Jika di dalam negeri orang tertarik pada skandal anaknya, di Prancis dan Rusia orang lebih tertarik kepada dirinya.
Begitulah. Pamor Sang Ratu bagaikan tak surut oleh segala keruwetan yang melanda anak-anaknya. Maka, bisalah itu ditafsirkan sebagai keberhasilannya mengatasi krisis, melampaui salah satu ujian kepemimpinan.
Sampai kapan ia akan bertahan, dan bilamana pandangan orang atas dirinya tak lagi sebaik sekarang, waktu yang akan mengujinya. (SL – Intisari Juli 1996)
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR