Organisasi seperti Multidisciplinary Association for Psychedelic Studies (MAPS) sudah mengeluarkan waktu dan uang, untuk meneliti keuntungan medis obat psychedelic seperti MDMA dan mariyuana. Dalam websitenya MAPS menjelaskan, MDMA yang digunakan untuk terapi berbeda dengan yang dijual di jalanan.
“Substansi yang dijual di jalan dengan nama ecstasy memang mengandung MDMA, tapi juga bahan berbahaya lain. Dari hasil riset kami di laboratorium, MDMA murni yang bukan ecstasy, sudah terbukti cukup aman dikonsumsi tentunya dengan jumlah yang dibatasi dalam dosis tertentu,” tulis MAPS yang berencana menggunakan dana 18,5 juta dolar Amerika selama 8 tahun, untuk membuat penggunaan MDMA sebagai obat resep disetujui FDA.
Sementara itu, peneliti dari Imperial College London mengakui, mereka harus melakukan riset lebih jauh terkait torpik tersebut dan mencobanya pada pasien PTSD untuk hasil yang lebih jelas.
“Hasil riset mengatakan, MDMA memungkinkan untuk mengobati kegelisahan dan PTSD tapi kami harus hati-hati mengambil kesimpulan. Karena studi ini dilakukan pada relawan yang relatif sehat. Kami harus mempelajari pada pasien dengan sakit yang sama untuk menemukan efek serupa,” kata David Nutt, peneliti dan profesor neuropsychopharmacology di Imerial College London. (Rosmha Widiyani/kompas.com)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR