Beginilah Proses Saat Stres

Agus Surono

Editor

Beginilah Proses Saat Stres
Beginilah Proses Saat Stres

Intisari-Online.com -Secara teknis kapan pun kita merasakan ancaman atau tantangan fisik maupun psikologis. Itu berarti kita sedang berada di bawah genggaman stres. Namun, dari sudut pandang awam, kapan pun hati kita merasa tidak tenang, gelisah, khawatir, cemas, atau tegang, kita dikatakan berada di bawah stres. Di sisi lain, ketika jiwa kita terasa ringan, mudah, gembira, dan tenang, kita dikatakan dalam keadaan rileks, kebalikannya stres.

Menarik untuk dipahami bahwa setiap aktivitas mental kita diasosiasikan dengan respons fisiologis dari tubuh yang dihasilkan melalui kerja sistem saraf otonom. Hal ini penting untuk diketahui bila ingin memahami stres secara lengkap.

Kapan pun kita mengalami stres, mekanisme stres diaktifkan, yang juga disebut "respons hadapi atau lari" atau "repons alarm". Seolah-olah lampu merah dinyalakan dalam tubuh untuk menghadapi tantangan atau kondisi darurat yang akan datang kepada kita. Dalam keadaan ini komponen simpatis dari sistem saraf otonom dibangkitkan melalui impuls dari hipotalamus menuju ke respons tubuh berikutnya.

  • Kelenjar pituitari melepaskan hormon ACTH yang mencetuskan kelenjar adrenalin.
  • Kelenjar adrenalin memproduksi hormon kortisol yang kemudian bekerja di hati.
  • Kortisol mengubah glikogen yang tersimpan di hati menjadi gula darah untuk menyediakan energi yang bersifat instan.
  • Pernapasan menjadi lebih cepat untuk menyediakan oksigen bagi tubuh.
  • Materi kimia stres seperti adrenalin dan non-adrenalin dilepaskan secara langsung ke dalam aliran darah untuk menghasilkan energi dadakan dalam tubuh.
  • Detak jantung bertambah cepat untuk meningkatkan sirkulasi darah.
  • Pembuluh darah melebar dan tekanan darah naik.
  • Keringat mengucur, resistensi kulit menurun.
  • Otot makin kencang dan tegang agar otot-otot itu siap melakukan aksinya.
  • Proses pencernaan melambat karena darah menjauh dari perut menuju ke otot-otot tubuh.
  • Pupil mata melebar agar lebih banyak sinar masuk ke mata.
  • Mulut kering karena kelenjar ludah mengering.
  • Otot dubur dan kantung kencing rileks.
  • Anggota badan gemetar, suara pecah.
  • Darah dialihkan dari kulit. Pembuluh darah tepi mengerut, memberi perasaan dingin pada tangan dan lainnya.
  • Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.
Semua perubahan kimia tubuh tersebut di atas terjadi untuk menyediakan energi ekstra bagi tubuh guna menghadapi tantangan yang akan datang kepada kita.

Di sisi lain ketika jiwa kita dalam keadaan damai dan rileks, sistem saraf parasimpatis - yang merupakan cabang sistem saraf otonom - mengambil alih. Fungsinya kurang lebih berkebalikan dan melengkapi sistem saraf simpatis. Fungsi itu membuat kimia tubuh kembali ke kondisi normal dengan menyeimbangkan respons simpatis. Simpatis berorientasi pada aksi (gerakan) dan agresif, yang melibatkan otot dan pengeluaran energi yang besar. Parasimpatis memulihkan dan pasif. Itu berkaitan dengan urusan internal, relaksasi dan pemulihan tubuh seperti misalnya perbaikan jaringan, aktivitas zat gizi, ekskresi (pembuangan limbah tubuh) dsb. Idealnya, sistem saraf simpatis dan parasimpatis bekerja saling melengkapi dan seimbang sehingga aktivasi dan relaksasi berlangsung secara bergantian.Streskah Anda hari ini? (Kiat Mengendalikan Pikiran & Bebas Stres)