Advertorial

Anak Tidur Sambil Mendengkur? Awas, Bisa Jadi Itu Sleep Apnea!

Adrie Saputra
Adrie Saputra
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Penelitian baru dari laboratorium University of Chicago, membuktikan lewat uji neurokognitif dan MRI bahwa mendengkur berakibat langsung pada anak
Penelitian baru dari laboratorium University of Chicago, membuktikan lewat uji neurokognitif dan MRI bahwa mendengkur berakibat langsung pada anak

Intisari-Online.com - Henti napas saat tidur atau sleep apnea pada anak diketahui dapat merubah perilaku dan kecerdasannya.

Penelitian baru dari laboratorium tidur University of Chicago, membuktikan lewat uji neurokognitif dan MRI bahwa mendengkur berakibat langsung pada otak anak.

Berbagai data menunjukkan bahwa sekitar 5 persen anak didapati mendengkur saat tidur dan menderita sleep apnea.

Anak mendengkur lalu saluran nafasnya menyempit hingga tak ada udara yang bisa lewat. Akibatnya anak seolah tercekik dalam tidur.

Baca juga:Trik dari Grafolog: 6 Cara Membaca Kepribadian Lewat Tulisan Tangan

Karena sesak ia akan terbangun sejenak.

Proses tidur pun terpotong.

Walau anak tidak sampai terjaga, tapi episode ini sudah memotong proses tidur.

Akibatnya kualitas tidurnya buruk dan penderita sleep apnea akan mengalami hipersomnia atau kantuk berlebihan di siang hari.

Hanya saja, pada anak, kantuk akan tampak sebagai gejala hiperaktivitas dan gangguan konsentrasi.

Penurunan fungsi otak Para peneliti menilai fungsi dan citra otak anak usia 7-11 tahun.

Hasil MRI dibandingkan dengan anak yang tidak tidur ngorok.

Hasilnya sangat mengejutkan.

Baca juga:Pangeran William Sudah Langgar Tradisi Sejak Lahir, Tapi Tetap Saja Jadi yang Terpopuler

Anak-anak dengan sleep apnea memiliki pengurangan volume gray matter di otaknya.

Fungsi gray matter adalah untuk memproses informasi di otak, termasuk membuat keputusan, kontrol diri, persepsi, ingatan, gerakan, dan kemampuan bicara.

Bagian yang terganggu pada otak antara lain:

• Korteks frontal: yang berkaitan dengan gerakan, bahasa, ingatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan.

• Korteks prefrontal: memprosis perilaku kompleks, kepribadian dan perencanaan.

• Korteks parietal: mengintegrasikan masukan sensorik.

• Lobus temporal: yang mengatur fungsi-fungsi pendengaran.

• Batang otak: mengatur fungsi-fungsi nafas dan jantung.

Baca juga:Konflik Laut China Selatan: Filipina Ancam Perangi China, Perlukah Indonesia Meniru?

Para ahli menyimpulkan adanya hubungan antara sleep apnea dan hilangnya neuron dan pelambatan pertumbuhan syaraf pada otak anak.

Walau penelitian ini masih baru dan dilakukan hanya pada sejumlah kecil anak, tapi hasilnya sangat signifikan.

Diperkirakan anak akan mengalami penurunan IQ antara 8 hingga 10 poin.

Angka yang relatif aman jika IQ anak Anda lebih dari 150.

Tapi bagaimana jika IQ nya hanya rata-rata saja? 8-10 poin bisa sangat berarti.

Para ahli juga mengingatkan, kerusakan pada otak atau gagalnya muncul suatu potensi otak, tidak akan bisa dipulihkan ketika sleep apnea sudah diatasi.

Sebab itu deteksi dan perawatan sleep apnea harus dilakukan sedini mungkin. (Dr. Andreas Prasadja, RPSGT)

Dr. Andreas Prasadja, RPSGT Sleep Disorder Clinic RS.

Mitra Kemayoran FB: @dokterAndreasPrasadja www.anndreasprasadja.com

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mendengkur pada Anak Berakibat Langsung pada Otak"

Baca juga:(Foto) Kelakuan Anak Generasi 90-an yang Tunjukkan Bahagiannya Hidup Tanpa Internet, Bikin Rindu!

Artikel Terkait