Sudah sejak ditanam sebagai bibit di kebun, kurma diatur dan diawasi hidupnya dengan ketat. Di tengah-tengah 50 batang pohon betina hanya boleh ada 1 batang pohon jantan, sebagai semacam "jagoan sendiri" di tengah harem kurma.
Baca juga: Kurma Mencegah Stroke
Tepung sari dari satu batang pohon jantan memang sudah cukup untuk menyerbuki bunga, betina sebanyak 50 batang.
Omong-omong, pohon kurma memang berumah dua. Pada sebatang pohon hanya ada bunga betina saja. Bunga jantan tinggal di rumah (pohon) lain. Belum pernah dalam sejarah perkurmanan ada bunga jantan yang mondok di rumah bunga betina.
Kebetulan bunga betina kurma tidak mencolok. Kuning mangkak dan kecil. Sama sekali tidak menarik, sampai hanya sedikit saja serangga yang mau mengunjunginya. Karena itu, di perkebunan kurma yang modem, selalu ada petugas yang wajib membantu penyerbukan bunga betina yang tidak menarik ini. Jadi hasilnya bisa berlipat ganda.
Tepung sari bunga jantan diambil dulu dari pohon jagoan itu, lalu dibagikan kepada putik-putik bunga betina di seluruh kebunn. Dulu dilakukan dengan menyandingkan beberapa tangkai karangan bunga jantan di antara untaian bunga betina dan mengikatnya erat-erat supaya tidak lari. Betul-betul kawin paksa, tapi bukan.
Carad yang berasal dari nenek moyang kuno itu benar-benar melelahkan, karena pekebun harus turun-naik pohon berkali-kali. Memanjatnya dulu juga secara primitif dengan tambang seperti cara petugas PLN kecamatan memanjat tiang listrik.
Baca juga: Kurma Bekal Para Pengelana
Sudah begini sengsaranya, hasil kerjanya juga kurang efektif, karena menempelnya tepung sari ke kepala putih masih juga menunggu serangga.
Di perkebunan modern masa kini, penyerbukan bunga tidak begitu lagi, tapi dengan mengembuskan tepung sari dengan blower ke arah bunga betina melalui slang yan diarahkan ke sasaran. Tidak dari bawah tapi dari jarak dekat, sesudah pekebun naik pohon.
Naiknya tidak dengan memanjat lagi, tapi “duduk” di atas platform alat pemanjat yang dikatrol ke ketinggian yang diinginkan. Dalam dua menit saja orang duduk ini sudah sampai ke puncak pohon. Menghemat waktu dan tenaga, sehingga ia bisa menggarap pohon kurma lebih banyak.
Alat ini menimbulkan semacam revolusi di perkebunan kurma. Penyerbukan bunga bisa lebih cepat, pemangkasan daun tua (sumber penyakit) lebih saksama dan penyemprotan hama dengan insektisida juga lebih cermat ke seluruh pelosok tajuk pohon.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR