Kiluan Tak Hanya Lumba-lumba

Agus Surono

Editor

Kiluan Tak Hanya Lumba-lumba
Kiluan Tak Hanya Lumba-lumba

Intisari-Online.com - Setelah menonton lumba-lumba dan makan siang, apalagi yang bisa dikerjakan di Teluk Kiluan? Banyak! Mau snorkeling atau mancing tinggal nyemplung. Namun saat ke sana saya memilih mandi di Pantai Laguna. Soalnya sudah snorkling dan mau mancing tidak bawa alatnya.

Lihat foto dan cerita dari Pak Solihin pemilik rumah tempat saya menginap sudah membangkitkan hasrat tersendiri. Laguna ini terletak di tepi pantai yang penuh dengan bebatuan. Lokasinya di balik bukit sisi timur Teluk Kiluan. Dari rumah Pak Solihin tinggal mendaki bukit.

Sepertinya gampang mengucapkannya, tinggal mendaki bukit. Namun senyatanya penuh perjuangan karena jalan setapak yang saya lalui tidak ramah dengan sandal yang aku pakai. Licin. Beberapa kali terpeleset. Jadi, berhati-hatilah saat mendaki atau menuruni jalur menuju Pantai Laguna ini.

Jalan setapak itu terletak tak jauh dari masjid di sisi timur Teluk Kiluan. Ada jalan beton ke arah kanan. Melintasi jalan itu, namun tak sampai ujung. Selepas dua rumah ada jalan tanah setapak ke kiri yang langsung menanjak menuju bukit.

Bukit ini ditanami kopi dan kakao. Sayang, kakaonya tak terawat. Banyak buahnya yang bolong digarong kalong. Ataupun kalau jatuh sudah membusuk. Semakin ke atas kita melihat hamparan pohon pisang. Dari puncak ini sudah terlihat keindahan Pantai Laguna. Hamparan pasir putih begitu menggoda. Tapi mana lagunanya?

Menuruni jalan setapak curam kita harus berhati-hati. Beruntung di beberapa bagian turunan sudah dilengkapi pegangan tangan dan jalan dibikin undak-undakan. Saya berhenti sejenak sebab di kejauhan, entah di pucuk pohon apa, saya melihat dua lutung sedang bergantungan di dahan.

Menginjak pasir pantai perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri bebatuan ke arah kanan. Ternyata pasirnya hanya ada di akhir jalur setapak itu. Ke kiri bebukitan, ke kanan bebatuan.

Entah sudah berapa ratus tahun bebatuan itu tergerus ombak. Yang jelas, harus hati-hati melangkah. Sebab di bawah bebatuan yang kita injak banyak rongga-rongga yang menjadi semacam lorong bagi masuknya air laut. Saat pasang kita bisa melihat empasan air laut muncrat dari lubang di bebatuan. Padahal lokasinya jauh dari pantai.

Melompat, memanjat, dan melipir dinding bukit merupakan jalur yang harus dilalui sebelum sampai ke Laguna. Dari kejauhan sudah terlihat kolam yang eksotis itu. Berbentuk segitiga, dengan genangan terdalam sekitar 2,5 m, membuat laguna itu bisa digunakan sebagai kolam terjun.

Begitu beningnya air sehingga pada saat permukaan tenang kita bisa melihat bagian dasarnya. Ikan laut yang berwarna-warni, bahkan terumbu karang di dindingnya membuat berlama-lama di sini menjadi seperti sekejap.

Ketika ombak membesar, dari ujung segitiga akan mengalir ombak berbuih yang tersisa. Sementara dari sisi yang berbatasan dengan pesisir air laut mengalir di sela-sela batu dinding laguna. Kenikmatan mandi yang tak akan terlupakan.

Akan lebih baik jika membawa peralatan snorkeling sebab keindahan bawah laut dalam skala mini bisa kita nikmati di sini. Dalam kesepian. Juga (mungkin) dalam kesendirian.

Jika bosan mandi kita bisa mencari siput laut yang oleh penduduk setempat dimasak sebagai sup siput. Memang, seperti makan kwaci, butuh upaya lebih untuk mencongkel daging siput yang imut. Tapi percayalah, rasanya sangat lezat. Kombinasi kenyal di bagian luar dan empuk di bagian dalam membuat “susahnya” mencongkel terbayar.

Siput ini bisa ditemukan di bebatuan pinggir pantai. Penduduk sekitar sudah terbiasa memasaknya. Tinggal minta mau disup atau ditumis. Tentu kalau ditumis lebih lama prosesnya. Cari siput yang besar biar mantap mencongkelnya.

Jadi, Kiluan tak hanya lumba-lumba saja. Segera berkemas dan bergegas ke Teluk Kiluan yang terletak di Kabupaten Tanggamus, Lampung.

Artikel Terkait