Intisari-Online.com - Bicara soal pariwisata Labuan Bajo, kita lebih sering berpikir tentang pariwisata bahari saja. Perairan Taman Nasional Komodo, keindahan alam bawah lautnya dan pesona Pulau Rinca dan Pulau Komodo memang telah menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang berkunjung kesana. Namun, ternyata Labuan Bajo juga menawarkan sesuatu yang berbeda dari pesona pantai yang memukau. Gua Batu Cermin namanya.
(Perjalanan 9 Hari ala Turis 'Backpacker' di Labuan Bajo dan Pulau Komodo)
Batu Cermin adalah sebuah gua alam yang terletak sekitar empat kilometer dari Labuan Bajo. Di sini banyak keindahan yang bisa dinikmati wisatawan, terutama mereka yang menyukai tantangan dan petualangan. Untuk mencapai mulut gua ini, kita harus menyusuri jalan setapak yang dinaungi bambu dan menaiki bebatuan yang dijadikan pijakan tangga dengan ketinggian 25-30 meter.
Bagian dalam gua dengan panjang 200 meter yang memiliki banyak lorong ini dipenuhi aneka rupa stalagtit dan stalagmit dengan kondisi terpelihara dengan baik. Yang unik dari gua ini, di sejumlah bagian dalam gua menempel fosil terumbu karang dan biota laut yang sudah membatu. Fosil penyu adalah salah satunya. Fakta ini membuktikan bahwa Gua Batu Cermin di masa lampau merupakan bagian dari palung laut. Sungguh disayangkan, hingga saat ini belum ada seorang pun yang meneliti lebih mendalam fosil-fosil dalam gua ini.
Nama Batu Cermin sendiri diambil dari keberadaan sejumlah stalagtit dan stalagmit yang dipercaya masyarakat setempat bisa memancarkan sinar berkilauan bak kristal kala terpapar cahaya. Menikmati keindahan Gua Batu Cermin, kita seperti diajak menapaki dasar laut yang kering kerontang. Ajaib memang. Paling tidak, gua dan peninggalan fosil tersebut sudah menjadi saksi bisu kehidupan laut Labuan Bajo di masa lalu.
Satu hal yang tak bisa saya elak, pertanyaan apakah Labuan Bajo di masa lampau pernah menjadi dasar laut tetap menjadi misteri yang tak terungkap sesudah saya melangkahkan kaki meninggalkan Gua Batu Cermin.