Intisari-Online.com -Kerusuhan pada napi teroris di rutan Mako Brimob pada Rabu-Kamis (9-10/2018) rupanya tidak hanya menjadi perhatian aparat kepolisian dan aparat keamanan lainnya serta masyarakat luas, tapi juga para kelompok teroris itu sendiri.
Kerusuhan yang mengakibatkan 5 anggota Densus 88 gugur dan satu teroris tewas itu akhirnya memang berhasil diatasi setelah para napi teroris yang sempat menguasai rutan menyerah dan dipindahkan ke LP Nusa Kambangan.
Di mata para teroris keberhasilan mereka dipindahkan ke Nusa Kambangan dan telah membunuh 5 anggota Densus bisa saja dianggap kemenangan.
Tapi sebaliknya bagi Polri tidak ada kata menang atau kalah dalam soal penanggulangan terorisme, karena tindakannya merupakan program jangka panjang yang tujuan utamanya adalah ‘menyadarkan’ kembali para teroris ke ideologi sesuai yang dianut NKRI.
Baca juga:Diduga akan Tusuk Polisi di Mako Brimob, 2 Wanita Diamankan Petugas
Jadi Polri bisa dikatakan menang melawan terorisme jika para pelaku teror bisa kembali lagi ‘ke jalan yang benar’ dan bisa digunakan sebagai agen kontraterorime melawan para pelaku teror.
Namun di sisi lain para teroris yang semula sedang ‘tiarap’ tapi diam-diam tetap menyiapkan serangan teror kapan saja dan telah menganggap polisi sebagai sasaran serta musuh nomor satu, ketika mengetahui raksi rekan-rekannya di Mako Brimob jadi ‘terbangun’.
Bagi para teroris, aksi napi teroris di Rutan Mako Brimob yang berakibat gugurnya 5 anggota Densus 88, jelas merupakan kemenangan, dan memicu mereka untuk melakukan aksi serupa.
Para napi teroris yang kemudian dipindahkan ke Nusa Kambangan demi menjamin keamanan, bagi para rekan-rekan teroris lainnya, mungkin saja malah dianggap sebagai ‘pelecehan’ karena tidak sesuai dengan hasil negosiasi.
Di mata para teroris yang semula tiarap, mungkin saja mereka berkersimpulan para rekannya itu sebaiknya dibebaskan saja karena sudah membebaskan satu anggota Densus 88 yang semula disandera.
Rasa tidak terima para anggota teroris yang semula tiarap atau merupakan sel-sel tidur itu, akhirnya bangkit untuk melancarkan serangan teror di berbagai tempat.
Mako Brimob di Depok sendiri telah kehilangan satu anggota intelnya setelah gugur karena diserang pemuda bersenjata pisau pada Jumat dini hari (11/5) dan ironisnya terjadi di dalam Mako yang sudah dijaga ketat.
Dua orang perempuan juga telah diringkus polisi karena dicurigai akan menyerang personel Brimob di Mako Brimob, Depok pada Sabtu (13/11/2018).
Para teroris yang menyerang sejumlah gereja di Surabaya, Jawa Timur (Minggu/14/2018) bisa dipastikan memiliki kaitan dengan aksi kerusuhan di Mako Brimob Depok dan tujuannya adalah menciptakan suasana teror bagi masyarakat luas dan bahkan dunia internasional.
Yang jelas serangan teror di sejumlah gereja di Surabaya dan aksi-aksi terorisme sebelumnya bertujuan merongrong kewibawaan negara (NKRI) yang berideologi Pancasila dan sekaligus tantangan serius bagi aparat keamanan khususnya TNI dan Polri.
Apapun aksi teror yang terjadi saat ini bahkan yang akan datang, memang harus membuat masyarakat tetap waspada.
Tapi penangannya harus diserahkan ke aparat keamanan dan penegak hukum sesuai dengan undang-undang yang telah berlaku.
Baca juga:Hanya 1 Menit, Sakit Gigi Tak Tertahan Reda dengan 5 Bahan Alami ini